Minggu, 24 April 2016

Aliran-Aliran Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Aliran – aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalam berbagai kepustakaan tentang aliran – aliran pendidikan, pemikiran – pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani Kuno sampai kini. Meskipun paparan ini terbatas hanya beberapa pada aliran penting, namun diharapkan tidak akan mengurangi maksud dan tujuannya sebagai pembekalan wawasan historis terhadap setiap calon tenaga pendidikan.
 B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan apa saja aliran klasik pendidikan yang berkembang di dunia ?
2. Menjelaskan apa saja gerakan-gerakan baru dalam pendidikan ?
3. Menjelaskan apa saja dua aliran pokok pendidikan di Indonesia ?
C. TUJUAN
1.  Mengetahui aliran klasik pendidikan yang berkembang di dunia
2.  Mengetahui gerakan-gerakan baru dalam pendidikan
3.  Mengetahui dua aliran pokok pendidikan di Indonesia
















BAB II
PEMBAHASAN
A. ALIRAN KLASIK PENDIDIKAN YANG BERKEMBANG DI DUNIA
Pendidikan selalu berubah fase sesuai dinamika manusia. Perkembangan selalu menjadi modal utama untuk membawa pendidikan ke arah yang integrasi dengan mencuatnya perkembangan iptek dan sosial-budaya. Pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan dalam pendidikan itu disebut aliran-aliran pendidikan.Pembaruan ini tidak lepas dari pro dan kontra.sehingga mucullah beberapa pmikiran yang membangun pendidikan walaupun dari paradigma yang berbeda. Untuk menghindari keluarnya dari integrasi, sebaiknya tenaga pendidik itu harus memahami beberapa aliran-aliran pendidikan.untuk mendapat garis final menyelesaikan konflik pendidikan di tempat tertuju.
Pemikiran-pemikiran pendidikan telah dimulai pada zaman Yunani Kuno.Setelah ditelaah,berkembang pesatlah di Eropa dan Amerika Serikat.Sehingga aliran-aliran klasikpun umumnya berasal dari kedua kawasan itu.Aliran klasik itu meliputi empirisme,nativisme,naturalisme dan konvergensi.
1. Aliran Empirisme
 Aliran empirisme adalah aliran yang menyatakan bahwa perkembangan seorang anak tergantung pada perkembangan lingkungan saja, sementara pembawaan sejak lahir dianggap tidak mempengaruhi atau tidak penting. Aliran ini mementingkan faktor lingkungan sebagai subjek utama yang paling mendasar untuk mendidik.Jadi disini,mereka mengesampingkan bakat seorang anak. Aliran ini menganggap anak itu sama.Sehingga yang paling menentukan adalah faktor lingkungan yang akan mempengaruhi setiap kehidupan anak itu sendiri.Sehingga di sini untuk membentuk karakter anak itu tergantung dengan pembawaan lingkungan tempat anak itu.
Tokoh perintis pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris bernama John Locke ( 1704 – 1932 ) yang mengembangkan teori “ Tabula Rasa “, yakni anak lahir didunia bagaikan kertas putih yang bersih. Sehingga kertas putihpun akan diberi warna untuk membuat kertas putih itu menjadi kesatuan yang menarik. Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan. Pengalaman empirik yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. Aliran ini dipandang sebelah mata, karena aliran ini hanya mementingkan adanya peran lingkungan saja dan menganggap pengaruh pembawaan sejak lahir itu tidak penting. Padahal pada kehidupan nyata banyak seorang anak yang berhasil karena mempunyai bakat – bakat atau kemampuan, walaupun lingkungan sekitarnya sama sekali tidak mendukung. Keberhasilan tersebut berasal dari diri sendiri berupa kecerdasan atau kemaunan keras, seseorang berusaha mencari lingkungan yang dapat mengambangkan potensi sesuai dengan bakat yang dimiliki. Namun penganut aliran ini masih memandang manusia sebagai mahluk pasif dan dapat dimanipulasi, seperti modifikasi tingkah laku. Hal tersebut terlihat dari pandangan scientific psychologi dari B. F. Skinner atupun pandangan behavioral (behaviorisme) lainnya. Namun beberapa pendapat pandangan behavioral tidak lagi sepenuhnya menganut teori “Tabula Rasa” dari John Locke, karena mereka mulai memperhatikan faktor – faktor internal dari manusia.
2. Aliran Nativisme
Aliran nativisme ini berkebalikan dengan aliran empirisme, dimana aliran nativisme ini lebih menekankan kemampuan atau potensi yang ada pada anak, sehingga faktor lingkungan seperti pendidikan dianggap kurang berpengaruh tehadap perkembangan anak. Faktor anak sebagai subjek utama dalam integrasi pendidikan.Jadi di sini bakat sangat diperhitungkan untuk mencapai pendidikan ke titik final.Bagaimana pendidikan itu mempunyai mutu yang sangat tinggi agar mencapai tujuan yang sebenarnya. Aliran ini menganggap dengan bakat saja sudah cukup dan dapat diproses dengan baik.
Hasil pendidikan tergantung pada pembawaan. Schopenhauer (filsuf Jerman 1788-1860) berpendapat bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Namun jika dilihat dalam kehidupan sehari-hari memang sering ditemukan anak yang mirip dengan orang tuanya baik dari fisik ataupun potensi – potensi (bakat). Walaupun demikian pembawaan tidak sepenuhnya mempengaruhi pembentukan dan perkembangans anak menuju kedewasaan. Terdapat suatu pandangan dalam aliran nativisme yang mempunyai pengaruh luas yakni dalam diri seseorang terdapat suatu inti atau pribadi yang mendorong dirinya untuk mewujudkan diri, menentukan kemauan dan pilihan sendiri dan menempatkan manusia sebagai mahluk aktif yang mempunyai keinginan bebas. Pandangan – pandangan tersebut antara lain humanistic psychology , pandangan phenomenology atau humanistik yang lain.
3. Aliran Naturalisme
 Pandangan yang mempunyai persamaan dengan nativisme adalah aliran naturalisme yang dipelopori oleh seoarang filsuf Prancis J.J. Rousseau(1712- 1778). Rosseau berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan anak yang baik itu Aliran ini juga disebut negativisme, karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam. Aliran in memberikan kesempatan kepada alam untuk mengolah suatu pendidikan.Jadi anak dapat bebas mengekspresikan bentuk kebebasannya dengan sendirinya.Mereka dapat memilih apa yang cocok dengan pendidikan mereka.Sehingga campur tangan untuk dibuat itu ditiadakan,tapi anak sendiri yang memilih apa yang harus dia lakukan daam pendidikan.Jadi, dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Yang dilaksanakan adalah menyerahkan anak didik ke alam agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan itu.
J.J.Rosseau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat- buat (artificial) sehingga kebaikan anak- anak yang diperoleh secara alamiah sejak saat kelahirannya itu dapat tampak secara spontan dan bebas. Ia mengusulkan perlunyapermainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaan, kemampuan- kemampuannya, dan kecenderungan-kecenderungannya. Tetapi seperti telah diketahui, bahwa gagasan naturalisme yang menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini ternyata tidak terbukti, sebaliknya pendidikan makin lama makin diperlukan.
4. Aliran Konvergensi
Perintis aliran ini dalah William Stern (1871- 1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak lahir di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun buruk. Aliran ini menganggap antara bakat dan lingkungan itu seimbang dan harus dioptimalkan untuk membentuk suatu karakter yng sempurna.Jadi bakat juga harus dikembangkan secara optimal dan lingkunganpun juga harus mendukung dalam sistem pengembangannya. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa danya dukungan lingkungan yang sesuai dengan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal, kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan itu. Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak berbahasa dengan kata- kata adalah juga hasil konvergensi. Pada anak manusia ada pembawaan untuk berbicara melalui situasi lingkungannya, anak belajar berbicara dalam bahasa tertentu. Lingkunganpun mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan pembawaanbahasanya. Karena itu tiap anak manusia mula- mula menggunakan bahasa lingkungannya, misalnya bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Inggris, dan sebagainya.
Kemampuan dua orang anak ( yang tinggal dalam satu lingkungan yang sama ) untuk mempelajari bahasa mungkin tidak sama. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan kuantitas pembawaan dan perbedaaan situasi lingkungan, biarpun lingkungan kedua anak tersebut menggunakan bahasa yang sama. William Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan lingkungan.
 Karena itu teori William Stern disebut teori konvergensi ( konvergen, artinya memusat ke satu titik ). Jadi menurut teori konvergensi :
·         Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan
·         Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik.
·         Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan
Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh kembang manusia. Pendapat ini semua bermaksud menghilangkan pendapat berat sebelah dari aliran nativisme dan empirisme dengan mengkombinasikan. Pada mulanya pendapat ini diterima oleh banyak orang karena mampu menerangkan kejadian- kejadian dalam kehidupan masyarakat. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya banyak orang yang berkeberatan dengan pendapat tersebut yang mengatakan kalau perkembangan manusia itu hanya ditentukan oleh pembawaan dan lingkungan, maka hal ini tak ubahnya kehidupan hewan, sebab hewan itu pertumbuhannya hasil dari pembawaan keturunannya dan pengaruh-pengaruh lingkungannya. Perkembangan pada hewan seluruhnya ditentukan oleh 6 kodrat, oleh hukum alam.

B. GERAKAN-GERAKAN BARU DALAM PENDIDIKAN
Gerakan-gerakan baru dalam pendidikan ini umumnya bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam satu atau beberapa komponen saja. Namun dalam penanganan satu atau beberapa komponen tersebut akan mempengaruhi pula komponen lainnya.Gerakan ini mempunya titik tuju yang berpusat dalam perbaikan dan peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar pada sistem persekolahan.Gerakan-gerakan baru disini ada 3 cara.
1. Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan ini memberikan pengajaran dengan cara diterjunkan ke alam sekitar.Perintis gerakan ini antara lain Fr.A.Finger(1808-1888) di Jerman dengan heimatkunde(pengajaran alam sekitar) dan J.Ligthart (1859-1016) di Belanda dengan Het Volleven(kehidupan senyatanya). Beberapa prinsip gerakan Heimatkunde adalah:
a. Dengan pengajaran alam sekitar itu guru dapat meragakan secara langsung. Betapa pentingnya pengajaran dengan meragakan atau mewujudkan itu sesuai dengan sifat-sifat atau dasar-dasar orang pengajaran.
b. Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar anak aktif atau giat tidak hanya duduk, dengar, dan catat saja.
 c. Penganjaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran totalitas, yaitu suatu bentuk pengajaran dengan ciri-ciri dalam garis besarnya sebagai berikut:
·         Suatu pengajaran yang tidak mengenai pembagian mata pengajaran dalam daftar pengajaran, tetapi guru memahami tujuan pengajaran dan mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan.
·         Suatu pengajaran yanag menarik minat, karena segala sesuatu dipusatkan atas suatu bahan pengajaran yang menarik perhatian anak dan diambil dari alam sekitar.
·         Suatu pengajaran yang memungkinkan segala pengajaran itu berhubung-hubungan satu sama yang lain seerat-eratnya secara teratur.
d. Pengajaran alam sekitar memberi kepada anak bahan apersepsi intelektual yang kukuh dan tidak verbalistis. Yang dimaksud dengan apersepsi intelektual ialah segaa sesuatu yang baru dan masuk dalam intelek anak, harus luluh menjadi satu dengan kekayaan pengetahuan yang dimiliki oleh anak. Harus terjadi proses asimilasi antara pengetahuan lama degan pengetahuan baru.
e. Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional, karena alam sekitar mempunyai ikatan emosional dengan anak.
Untuk anak pun alam sekitar tidak berbeda dengan orang dewasa yaitu segala kejadian di alam sekitarnya merupakan bagian dari hidupnya sendiri, dalam duka maupun suka. Demikianlah alam sekitar sebagai fundamen pendidikan dan pengajaran memberikan dasar emosional , sehingga anak menaruh perhatian yang spontan terhadap segala sesuatu yang diberikan kepadanya asal itu didasarkan atas lam sekitarnya. Sedangkan J. Lingthart mengemukakan pegangan dalam Het Volle Leven sebagai berikut:
a. Anak harus mengetahui barangnya terlebih dahulu sebeum mendengar namanya, tidak sebaliknya, sebab suatu kata itu hanya tanda dari pengetian tentang barang itu.
b. Pengajaran sesungguhnya harus mendasarkan pada pengajaran selanjutnya atau mata pengajaran yang lain harus dipusatkan atas pengajaran itu.
c. Haruslah dilakukan perjalanan memasuki hidup senyatanya ke semua jurusan, agar murid paham akan hubungan bermacam-macam lapangan dalam hidupnya (pengajaran alam sekitar).
Muatan lokal dalam kurikulum yang terdapat di pengajaran sekolah merupakan penggunaan alam sekitar yang bertujuan untuk membentuk anak makin dekat dengan alam dan masyarakat lingkungan.Dengan demikian,dengan memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar,anak akan lebih menghargai,mencintai,dan melestarikan lingkungannya.
2. Pengajaran Pusat Perhatian
Pembelajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovide Decroly (1871-1932) dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat minat (centered Intert).Dalam metode ini,peserta didik harus dapat hidup dalam masyarakat dan dipersiapkan untuk masyarakat,anak harus diarahkan kepada pembentukan individu dan sebagai anggota masyarakat.Karenanya anak harus mempunyai pengetahuan terhadap diri sendiri seperti hasrat dan cita-citanya,kemudian pengetahuan tentang dunianya seperti lingkungannya dan tempat hidup di hari depannya.Menurut Decroly dalam Syaiful Sagala,dunia ini terdiri dari alam dan kebudayaan,dan dunia itu harus hidup dan setiap orang harus dapat mengembangkan kemampuan untuk mencapai cita-citannya.
Dari penelitian secara tekun, Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yang merupakan dua hal yang khas dari Decroly, yaitu :
a.       Metode Global (keseluruhan). Dari hasil yang dapat dari observasi dan tes, dapatlah ia menetapkan, bahwa anak-anak mengamati dan mengingat secara global (keseluruhan). Mengingat keseluruhan dulu daripada bagian bagian. Jadi ini berdasar atas prinsip psikologi Gestalt. Dalam mengajarkan membaca dan menulis,ternyata mengajarkan kalimat lebih mudahdaripada mengajarkan kata-kata lepas. Sedangkan kata lebih mudah diajarkan daripada mengajarkan huruf-huruf secara tersendiri. Metodeb ini bersifat videovisual sebab arti sesuatu kata yang diajarkan itu selalu diasosiasikan denagn tanda (tulisan), atau suatu gambar yang dapat dilihat.
Centre d’interet (pusat-pusat minat). Dari penyelidikan psikologik, ia menetapkan bahwa anak-anak mempunyai minat yang spontan (sewajarnya). Pengajaran harus disesuaikan dengan minat-minat spontan tersebut. Sebab apabila tidak, yaitu misalnya minat yang di timbulkan oleh guru, maka pengajaran itu tidak akan banyak hasilnya. Anak mempunyai minat-minat spontan terhadap diri sendiri dan minat spontan terhadap diri sendiri itu dapat di bedakan menjadi:
a.       Dorongan mempertahan kan diri
b.      Dorongan mencari makan minum
c.       Dorongan memelihara diri
Sedangkan minat terhadap masyarakat ialah:
a.       Dorongan sibuk bermain-main
b.      Dorongan meniru orang lain

Prinsip model pembelajaran pusat perhatian adalah:sekolah merupakan laboratorium untuk mengadakan penyelidikan demi kebaikan sistem pendidikan dan pengajaran.Dalam sekolah, anak didik diuji berbagai dasar aliran dalam dunia pengajaran modern seperti:
a. sekolah berhubungan langsung dengan alam dan penghidupan sekitarnya
b. pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas perkembangan anak. Tiap- tiap anak mempunyai perbedaan antara lain kesanggupan,tingkat kepandaian,tempo irama perkembangan,perhatian,pembawaan,bakat dan sebagainya
c. sekolah kerja
d. pendidikan yang fungsional dan praktis
e. pendidikan kesosialan dan kesusilaan dengan member kesempatan untuk 12 bekerjasama
f. kerjasama antar rumah dan sekolah
g. edukasi
h. mempergunakan alat baru seperti percetakan, pengmpulan alat pelajaran oleh peserta didik sendiri.Semua hal ini telah diperaktekkan oleh Decroly di sekolahnya.
3. Sekolah Kerja
Merupakan titik kulminasi dari pandangan yang mementingkan keterampian dalam pendidikan. J.A. Comenius (1592-1670) menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa dan tangan (keterampilan kerja tangan). Bapak sekolah kerja adalah G.Kereschensteiner (1854-1932) dengan Arbeitesschule (sekolah kerja) di Jerman. Sekolah kerja ini bertolak dari pandangan bahwa pendidikan itu tidak hanya demi kepentingan individu tetapi berkewajiban menyiapakn warga negara yang baik, yakni:
a. Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan
b. Tiap orang wajib menyumbangkan tnaganya untuk kepentingan Negara
c. Dalam menunaikan kedua tugas tersebut haruslah selalu diusahakan kesempurnaannya, agar dengan jalan itu tiap warga negara ikut membantu mempertinggi dan menyempurnakan kesusilaan dan keselamatan negara
Tujuan Sekolah Kerja
Menurut G.Kereschensteiner tujuan sekolah kerja adalah:
a. Menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang dididapat dari buku atau orang lain, dan yang didapat dari pengalaman sendiri
b. Agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran tertentu
 c. Agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi Negara
Kereschenteiner berpendapat bahwa kewajiban utama sekolah adalah mempersiapkan anka-anak untuk dapat bekerja. Karena banyaknya macam pekerjaan yang menjadi pusat pelajaran, maka dibagi menjadi tiga golongan besar:
a. Sekolah-sekolah perindustrian
b. Sekolah-sekolah perdagangan
c. Sekolah-sekolah rumah tangga, bertujuan mendidik para calon ibu yang diharapkan akan menghasilkan warga negara yang baik
Pengikut G.Kereschensteiner antara lain: Leo de Paeue, seorang dirjen pengajaran normal di Belgia. Ia membuka lima sekolah kerja:
 a. Sekolah teknik kerajinan
b. Sekolah dagang
c. Sekolah pertanian bagi anak laki-laki
d. Sekolah rumah tangga kota
e. Sekolah rumah tangga desa
Dasar-dasar Sekolah kerja:
a. Di dalam sekolah kerja anak aktif berbuat
b. Pusat kegiatan pendidikan dan pengajran ialah anak
c. Sekolah kerja mendidik anak menjadi pribadi yang berani berdiri sendiri dan bertanggungjawab sebagai anggota masyarakat yang baik
d. Bahan pelajaran disusun dalam suatu keseluruhan yang berpusat pada masalah kehidupan
e. Sekolah kerja tidak mementingkan pegetahuan yang bersifat hafalan atau hasil peniruan, melainkan pengetahuan fungsional dan dapat dipergunakan untuk berprakarsa, mencipta dan berbuat
f. Pendidikan kecerdasan tidak dapat diberikan dengan memberitahukan atau menceritakannya kepada anak melainkan anka sendiri yang harus menjalani proses berfikir sesuai dengan tingkat perkembangan anak
g. Sekolah kerja merupakan suatu bentuk masyarakat kecil yang didalamnya anak-anak mendapatkan latihan dan pengalaman yang amat penting artinya bagi pendidikan moral, soail, dan kecerdasan
Macam-macam Sekolah Kerja:
a. Sekolah kerja sosiologis
b. Sekolah kerja psikologis
c. Sekolah kerja sosiologis-psikologis
d. Sekolah kerja yang lebih menekankan pengembangan kepribadian anak
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan.J.A Comenius (1592-1670) menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan (keterampilan kerja tangan) J.H Pestalozzi (1746-1827) mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran peryukarab disekolahnya. Namun yang sering dipandang sebagai bapak sekolah kerja adalah G. Kerchensteiner, menurut G. Kerchensteiner tujuan sekolah kerja adalah :
a. Menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang didapat dari buku atau orang lain.
b. Agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran tertentu
c. Agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi negara.
4. Pengajaran Proyek
Dasar filosofis dan pedagosis diletakkan pada John Dewey (1859-1952) namun pelaksanaannya dilakukan oleh W.H.kilpartrick.Dalam pengajaran proyek anak bebas menentukan pilihannya, merancang serta memimpinya.Proyek yang ditentukan oleh anak mendorongnya mencari jalan pemecahan bila dia menemui kesukaran. Anak dengan sendirinya giat dan aktif karena sesuai dengan apa yang diinginkannya.Dalam pengajaran proyek, pekerjaan dikerjakan secara berkelompok untuk menghidupkan rasa gotong-royong.
Pengajaran proyek digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara komprehensif.
Langkah-langkah pokok pengajaran proyek
a. Persiapan
b. Kegiatan belajar
c. Penilaian

C. DUA ALIRAN POKOK PENDIDIKAN DI INDONESIA
Dua aliaran pokok pendidikan di Indonesia itu dimaksudkan adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran ini dipandang sebagai suatu tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia. Secara historis, pendidikan yang melembaga telah dikenal sebelum Belanda menjajah Indonesia.
 1. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara, ( Lahir 2 Mei 1889 dengan nama Suwardi Suryaningrat ) pada tanggal 3 Juli 1932 di Yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan, selanjutnya mulai didirikan taman Indira ( Taman kanak-kanak ) dan Kursus Guru, selanjutnya Taman muda ( SD ),  Taman Dewasa merangkap Taman Guru ( Mulo-Kweekschool ). Sekarang ini telah dikembangkan sehingga meliputi pula taman Madya, Prasarjana, dan Sarjana Wiyata. Dengan demikian Taman Siswa telah meliputi semua jenjang persekolahan, dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
 a. Asas dan Tujuan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan taman Siswa mempunyai tujuh asas perjuangan untuk menghadapi pemerintah colonial Belanda serta sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup bersifat nasional, dan demokrasi. Ketujuh asas tersebut dikenal dengan “asas 1922” , sebagai berikut :
·         Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri ( Zelf Besschikkingsrecht ) dengan mengingat terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum.
·         Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri.
·         Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.  Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat.
·         Hidup dengan kekuatan sendiri
·         Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan ( Zelfbegrotings-system ).
·         Berhamba pada anak didik
 Dalam perkembangan selanjutnya Taman siswa melengkapi “ Asas 1922” tersebut dengan “ Dasar-dasar 1947 “ yang disebut pula “ Panca Dharma “ yaitu :
·         Asas Kemerdekaan
·         Asas Kodrat Alam
·         Asas Kebudayaan
·         Asas Kebangsaan
·         Asas Kemanusiaan
Tujuan Perguruan Kebangsaan Taman Siswa adalah :
·         Sebagai Badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan damai.
·         Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.
b. Upaya-upaya Pendidikan yang Dilakukan Taman Siswa
Di lingkungan perguruan, untuk mencapai tujuannya Taman Siswa berusaha dengan jalan sebagai berkut :
·         Menyelenggarakan tugas pendidikan dalam bentuk perguruan dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi.
·         Mengikuti dan mempelajari perkembangan dunia di luar Taman Siswa.
·         Menumbuhkan lingkungan hidup keluraga Taman Siswa, sehingga dapat tampak wujud masyarakat Taman Siswa yang dicita-citakan.
·         Meluaskan kehidupan ke Taman Siswa-an di luar lingkungan masyarakat perguruan.
·         Menjalankan kerja pendidikan untuk masyarakat umum dengan dasar-dasar dan hidup Taman Siswa
·         Menyelenggarakan usaha-usaha kemasyarakatan dalam masyarakat dalam bentuk-bentuk badan social, Usaha-usaha pembentukan kesatuan hidup kekeluargaan sebagai pola masyarakat baru Indonesia, usaha pendidikan kader pembangunan.
·         Mengusahakan terbentuknya pusat – pusat kegiatan kemasyarakatan dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupan masyarakat.
c. Hasil-hasil yang Dicapai
Berbagai hal seperti pemikiran tentang pendidikan nasional, lembaga – lembaga pendidikan dari Taman Indria sampai dengan Sarjana Wiyata, dan sejumlah besar alumni perguruan. Ketiga pencapaian itu merupakan pencapaian sebagai suatu yayasan pendidikan.
2. Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang pendidik INS ( Indonesia Nederlandsche School ) didirikan oleh Mohammad Syafei ( lahir di Matan, Kalbar tahun 1895 ) pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam ( Sumatera barat ). Dimulai dengan 75 murid, dibagi dalam dua kelas, serta masuk sekolah bergantian karena gurunya hanya satu, yakni Moh. Syafei sendiri. Sekolah ini mengalami pasang surut sesuai dengan keadaan Indonesia saat itu.
a. Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mempunyai asas-asas sebagai berikut:
·         Berpikir logis dan rasiona
·         Keaktifan atau kegiatan
·         Pendidikan masyarakat
·         Memperhatikan pembawaan anak
·         Menentang intelektualisme
Setelah kemerdekaan Indonesia, Moh. Sjafei mengembangkan asas-asas pendidikan INS menjadi dasar-dasar pendidikan Republik Indonesia, menjadi sebagai berikut :
Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan, Kerakyatan, Kebangsaan, Kebangsaan, Gabungan antara pendidikan ilmu umum dan kejuruan, Percaya pada diri sendiri juga pada Tuhan, Berakhlak ( bersusila ) setinggi mungkin,  Bertanggung jawab akan keselamatan nusa dan bangsa, Berjiwa aktif positif, Mempunyai daya cipta, Cerdas, logis dan rasional, Berperasaan tajam, halus dan estetis,Gigih atau ulet yang sehat,Correct atau tepat,Emosional atau terharu,Jasmani sehat dan kuat,Cakap berbahasa,Sanggup hidup sederhana, Sanggup mengerjakan sesuatu pekerjaan, Sebanyak mungkin memakai kebuyaan nasional, Waktu mengajar para guru menjadi objek dan murid sebagai subjek, Para guru mencontohkan pelajaran-pelajarannya, Diusahakan agar pelajar mempunyai darah ksatria, Mempunyai jiwa konsentrasi, Pemeliharaan(perawatan) sesuatu usaha, Menepati janji, Sebelum pekerjaan dimulai dibiasakan menimbangnya dulu sebaik-baiknya, Kewajiban harus dipenuhi, Hemat.
Tujuan Ruang Pendidik INS kayu Tanam adalah :
·         Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
·         Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
·         Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
·         Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung 19 jawab
·         Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan
b. Usaha-usaha Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
·         Memantapkan dan menyebarluaskan gagasan – gagasannya tentang pendidikan nasional
·         Menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan dan program khusus untuk menjadi guru
·         Penerbitan Majalah anak –anak (Sendi), buku bacaan dalam rangka pemberantasan buta huruf dan angka, mencetak buku – buku pelajaran.
·         Pengembangan Ruang Pendidik INS (kelembagaan, sarana/ prasarana, dan lain-lain)
c. Hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Mengupayakan gagasan – gagasan tentang pendidikan nasional (terutama pendidikan keterampilan / kerajinan), beberapa ruang pendidikan ( jenjang persekolahan ), dan sejumlah alumni.












BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Aliran-aliran klasik meliputi aliran empirisme, nativisme, naturalisme, konvergensi, progresifisme, esensialisme, perenialisme, dan konstriktivisme yang merupakan penghubung pemikiran – pemikiran pendidikan masa lalu, kini, dan mungkin yang akan datang. Aliran klasik berpengaruh terhadap pemikiran dan praktek pendidikan di Indonesia, sehingga menimbulkan gerakan baru terhadap pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Dua aliran pokok di Indonesia yaitu : Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam.

B. SARAN
            Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik segi sumber maupun penulisan, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan makalah selanjutnya.













DAFTAR PUSTAKA
Farihah, Nick. 2011. Aliran-aliran dalam Pendidikan, (Online), (http://catatanfarihah.wordpress.com/2011/04/11/62/ )
Firdaus Rahmatulla, Muhammas. 2010. Makalah Pengantar Pendidikan, (Online),
(http://firdaus-rahmatullah.blogspot.com/2010/07/makalah-pengantar-pendidikan. html)

Rozien, Iebdha. 2012. Pengantar Ilmu Pendidikan (Aliran-aliran Pendidikan), (Online), (http://iebdharozien.blogspot.com/2013/03/pengantar-ilmu-pendidikanaliran-aliran.html)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar