BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Aliran – aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia
selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan
yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalam berbagai kepustakaan tentang aliran
– aliran pendidikan, pemikiran – pemikiran tentang pendidikan telah dimulai
dari zaman Yunani Kuno sampai kini. Meskipun paparan ini terbatas hanya
beberapa pada aliran penting, namun diharapkan tidak akan mengurangi maksud dan
tujuannya sebagai pembekalan wawasan historis terhadap setiap calon tenaga pendidikan.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan apa saja aliran klasik
pendidikan yang berkembang di dunia ?
2. Menjelaskan apa saja gerakan-gerakan baru
dalam pendidikan ?
3. Menjelaskan apa saja dua aliran pokok
pendidikan di Indonesia ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui aliran klasik pendidikan yang
berkembang di dunia
2. Mengetahui gerakan-gerakan baru dalam
pendidikan
3. Mengetahui dua aliran pokok pendidikan di
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. ALIRAN KLASIK PENDIDIKAN YANG BERKEMBANG
DI DUNIA
Pendidikan
selalu berubah fase sesuai dinamika manusia. Perkembangan selalu menjadi modal
utama untuk membawa pendidikan ke arah yang integrasi dengan mencuatnya
perkembangan iptek dan sosial-budaya. Pemikiran-pemikiran yang membawa
pembaruan dalam pendidikan itu disebut aliran-aliran pendidikan.Pembaruan ini
tidak lepas dari pro dan kontra.sehingga mucullah beberapa pmikiran yang
membangun pendidikan walaupun dari paradigma yang berbeda. Untuk menghindari
keluarnya dari integrasi, sebaiknya tenaga pendidik itu harus memahami beberapa
aliran-aliran pendidikan.untuk mendapat garis final menyelesaikan konflik
pendidikan di tempat tertuju.
Pemikiran-pemikiran
pendidikan telah dimulai pada zaman Yunani Kuno.Setelah ditelaah,berkembang
pesatlah di Eropa dan Amerika Serikat.Sehingga aliran-aliran klasikpun umumnya
berasal dari kedua kawasan itu.Aliran klasik itu meliputi
empirisme,nativisme,naturalisme dan konvergensi.
1. Aliran Empirisme
Aliran
empirisme adalah aliran yang menyatakan bahwa perkembangan seorang anak tergantung
pada perkembangan lingkungan saja, sementara pembawaan sejak lahir dianggap
tidak mempengaruhi atau tidak penting. Aliran ini mementingkan faktor
lingkungan sebagai subjek utama yang paling mendasar untuk mendidik.Jadi
disini,mereka mengesampingkan bakat seorang anak. Aliran ini menganggap anak
itu sama.Sehingga yang paling menentukan adalah faktor lingkungan yang akan
mempengaruhi setiap kehidupan anak itu sendiri.Sehingga di sini untuk membentuk
karakter anak itu tergantung dengan pembawaan lingkungan tempat anak itu.
Tokoh perintis pandangan ini adalah seorang
filsuf Inggris bernama John Locke ( 1704 – 1932 ) yang mengembangkan teori “
Tabula Rasa “, yakni anak lahir didunia bagaikan kertas putih yang bersih.
Sehingga kertas putihpun akan diberi warna untuk membuat kertas putih itu
menjadi kesatuan yang menarik. Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan
yang digores oleh lingkungan. Pengalaman empirik yang diperoleh dari lingkungan
akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. Aliran ini dipandang
sebelah mata, karena aliran ini hanya mementingkan adanya peran lingkungan saja
dan menganggap pengaruh pembawaan sejak lahir itu tidak penting. Padahal pada
kehidupan nyata banyak seorang anak yang berhasil karena mempunyai bakat –
bakat atau kemampuan, walaupun lingkungan sekitarnya sama sekali tidak
mendukung. Keberhasilan tersebut berasal dari diri sendiri berupa kecerdasan
atau kemaunan keras, seseorang berusaha mencari lingkungan yang dapat
mengambangkan potensi sesuai dengan bakat yang dimiliki. Namun penganut aliran
ini masih memandang manusia sebagai mahluk pasif dan dapat dimanipulasi,
seperti modifikasi tingkah laku. Hal tersebut terlihat dari pandangan
scientific psychologi dari B. F. Skinner atupun pandangan behavioral (behaviorisme)
lainnya. Namun beberapa pendapat pandangan behavioral tidak lagi sepenuhnya
menganut teori “Tabula Rasa” dari John Locke, karena mereka mulai memperhatikan
faktor – faktor internal dari manusia.
2. Aliran Nativisme
Aliran
nativisme ini berkebalikan dengan aliran empirisme, dimana aliran nativisme ini
lebih menekankan kemampuan atau potensi yang ada pada anak, sehingga faktor
lingkungan seperti pendidikan dianggap kurang berpengaruh tehadap perkembangan
anak. Faktor anak sebagai subjek utama dalam integrasi pendidikan.Jadi di sini
bakat sangat diperhitungkan untuk mencapai pendidikan ke titik final.Bagaimana
pendidikan itu mempunyai mutu yang sangat tinggi agar mencapai tujuan yang
sebenarnya. Aliran ini menganggap dengan bakat saja sudah cukup dan dapat
diproses dengan baik.
Hasil
pendidikan tergantung pada pembawaan. Schopenhauer (filsuf Jerman 1788-1860)
berpendapat bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan
buruk. Namun jika dilihat dalam kehidupan sehari-hari memang sering ditemukan
anak yang mirip dengan orang tuanya baik dari fisik ataupun potensi – potensi
(bakat). Walaupun demikian pembawaan tidak sepenuhnya mempengaruhi pembentukan
dan perkembangans anak menuju kedewasaan. Terdapat suatu pandangan dalam aliran
nativisme yang mempunyai pengaruh luas yakni dalam diri seseorang terdapat
suatu inti atau pribadi yang mendorong dirinya untuk mewujudkan diri,
menentukan kemauan dan pilihan sendiri dan menempatkan manusia sebagai mahluk
aktif yang mempunyai keinginan bebas. Pandangan – pandangan tersebut antara
lain humanistic psychology , pandangan phenomenology atau humanistik yang lain.
3. Aliran Naturalisme
Pandangan yang mempunyai persamaan dengan
nativisme adalah aliran naturalisme yang dipelopori oleh seoarang filsuf
Prancis J.J. Rousseau(1712- 1778). Rosseau berpendapat bahwa pendidikan yang
diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan anak yang baik itu Aliran
ini juga disebut negativisme, karena berpendapat bahwa pendidik wajib
membiarkan pertumbuhan anak pada alam. Aliran in memberikan kesempatan kepada
alam untuk mengolah suatu pendidikan.Jadi anak dapat bebas mengekspresikan
bentuk kebebasannya dengan sendirinya.Mereka dapat memilih apa yang cocok
dengan pendidikan mereka.Sehingga campur tangan untuk dibuat itu ditiadakan,tapi
anak sendiri yang memilih apa yang harus dia lakukan daam pendidikan.Jadi,
dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Yang dilaksanakan adalah
menyerahkan anak didik ke alam agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak
oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan itu.
J.J.Rosseau
ingin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat- buat
(artificial) sehingga kebaikan anak- anak yang diperoleh secara alamiah sejak
saat kelahirannya itu dapat tampak secara spontan dan bebas. Ia mengusulkan
perlunyapermainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaan,
kemampuan- kemampuannya, dan kecenderungan-kecenderungannya. Tetapi seperti
telah diketahui, bahwa gagasan naturalisme yang menolak campur tangan
pendidikan, sampai saat ini ternyata tidak terbukti, sebaliknya pendidikan
makin lama makin diperlukan.
4. Aliran Konvergensi
Perintis
aliran ini dalah William Stern (1871- 1939), seorang ahli pendidikan bangsa
Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak lahir di dunia sudah disertai
pembawaan baik maupun buruk. Aliran ini menganggap antara bakat dan lingkungan
itu seimbang dan harus dioptimalkan untuk membentuk suatu karakter yng
sempurna.Jadi bakat juga harus dikembangkan secara optimal dan lingkunganpun
juga harus mendukung dalam sistem pengembangannya. Bakat yang dibawa pada waktu
lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa danya dukungan lingkungan yang
sesuai dengan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat
menghasilkan perkembangan anak yang optimal, kalau memang pada diri anak tidak
terdapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan itu. Sebagai contoh, hakikat
kemampuan anak berbahasa dengan kata- kata adalah juga hasil konvergensi. Pada
anak manusia ada pembawaan untuk berbicara melalui situasi lingkungannya, anak
belajar berbicara dalam bahasa tertentu. Lingkunganpun mempengaruhi anak didik
dalam mengembangkan pembawaanbahasanya. Karena itu tiap anak manusia mula- mula
menggunakan bahasa lingkungannya, misalnya bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa
Inggris, dan sebagainya.
Kemampuan
dua orang anak ( yang tinggal dalam satu lingkungan yang sama ) untuk
mempelajari bahasa mungkin tidak sama. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan
kuantitas pembawaan dan perbedaaan situasi lingkungan, biarpun lingkungan kedua
anak tersebut menggunakan bahasa yang sama. William Stern berpendapat bahwa
hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan lingkungan.
Karena itu teori William Stern disebut teori
konvergensi ( konvergen, artinya memusat ke satu titik ). Jadi menurut teori
konvergensi :
·
Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan
·
Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan
lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah
berkembangnya potensi yang kurang baik.
·
Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan
lingkungan
Aliran
konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat
dalam memahami tumbuh kembang manusia. Pendapat ini semua bermaksud
menghilangkan pendapat berat sebelah dari aliran nativisme dan empirisme dengan
mengkombinasikan. Pada mulanya pendapat ini diterima oleh banyak orang karena
mampu menerangkan kejadian- kejadian dalam kehidupan masyarakat. Tetapi dalam
perkembangan selanjutnya banyak orang yang berkeberatan dengan pendapat
tersebut yang mengatakan kalau perkembangan manusia itu hanya ditentukan oleh
pembawaan dan lingkungan, maka hal ini tak ubahnya kehidupan hewan, sebab hewan
itu pertumbuhannya hasil dari pembawaan keturunannya dan pengaruh-pengaruh
lingkungannya. Perkembangan pada hewan seluruhnya ditentukan oleh 6 kodrat,
oleh hukum alam.
B. GERAKAN-GERAKAN BARU DALAM PENDIDIKAN
Gerakan-gerakan
baru dalam pendidikan ini umumnya bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan
dalam satu atau beberapa komponen saja. Namun dalam penanganan satu atau
beberapa komponen tersebut akan mempengaruhi pula komponen lainnya.Gerakan ini
mempunya titik tuju yang berpusat dalam perbaikan dan peningkatan kualitas
kegiatan belajar mengajar pada sistem persekolahan.Gerakan-gerakan baru disini
ada 3 cara.
1. Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan
ini memberikan pengajaran dengan cara diterjunkan ke alam sekitar.Perintis
gerakan ini antara lain Fr.A.Finger(1808-1888) di Jerman dengan
heimatkunde(pengajaran alam sekitar) dan J.Ligthart (1859-1016) di Belanda
dengan Het Volleven(kehidupan senyatanya). Beberapa prinsip gerakan Heimatkunde
adalah:
a. Dengan pengajaran alam sekitar itu guru
dapat meragakan secara langsung. Betapa pentingnya pengajaran dengan meragakan
atau mewujudkan itu sesuai dengan sifat-sifat atau dasar-dasar orang
pengajaran.
b. Pengajaran alam sekitar memberikan
kesempatan sebanyak-banyaknya agar anak aktif atau giat tidak hanya duduk,
dengar, dan catat saja.
c.
Penganjaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran totalitas,
yaitu suatu bentuk pengajaran dengan ciri-ciri dalam garis besarnya sebagai
berikut:
·
Suatu pengajaran yang tidak mengenai pembagian mata
pengajaran dalam daftar pengajaran, tetapi guru memahami tujuan pengajaran dan
mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan.
·
Suatu pengajaran yanag menarik minat, karena segala
sesuatu dipusatkan atas suatu bahan pengajaran yang menarik perhatian anak dan
diambil dari alam sekitar.
·
Suatu pengajaran yang memungkinkan segala pengajaran itu
berhubung-hubungan satu sama yang lain seerat-eratnya secara teratur.
d. Pengajaran alam sekitar memberi kepada
anak bahan apersepsi intelektual yang kukuh dan tidak verbalistis. Yang
dimaksud dengan apersepsi intelektual ialah segaa sesuatu yang baru dan masuk
dalam intelek anak, harus luluh menjadi satu dengan kekayaan pengetahuan yang
dimiliki oleh anak. Harus terjadi proses asimilasi antara pengetahuan lama
degan pengetahuan baru.
e. Pengajaran alam sekitar memberikan
apersepsi emosional, karena alam sekitar mempunyai ikatan emosional dengan
anak.
Untuk
anak pun alam sekitar tidak berbeda dengan orang dewasa yaitu segala kejadian
di alam sekitarnya merupakan bagian dari hidupnya sendiri, dalam duka maupun
suka. Demikianlah alam sekitar sebagai fundamen pendidikan dan pengajaran
memberikan dasar emosional , sehingga anak menaruh perhatian yang spontan
terhadap segala sesuatu yang diberikan kepadanya asal itu didasarkan atas lam
sekitarnya. Sedangkan J. Lingthart mengemukakan pegangan dalam Het Volle Leven
sebagai berikut:
a. Anak harus mengetahui barangnya terlebih
dahulu sebeum mendengar namanya, tidak sebaliknya, sebab suatu kata itu hanya
tanda dari pengetian tentang barang itu.
b. Pengajaran sesungguhnya harus mendasarkan
pada pengajaran selanjutnya atau mata pengajaran yang lain harus dipusatkan
atas pengajaran itu.
c. Haruslah dilakukan perjalanan memasuki
hidup senyatanya ke semua jurusan, agar murid paham akan hubungan
bermacam-macam lapangan dalam hidupnya (pengajaran alam sekitar).
Muatan
lokal dalam kurikulum yang terdapat di pengajaran sekolah merupakan penggunaan
alam sekitar yang bertujuan untuk membentuk anak makin dekat dengan alam dan
masyarakat lingkungan.Dengan demikian,dengan memanfaatkan alam sekitar sebagai
sumber belajar,anak akan lebih menghargai,mencintai,dan melestarikan lingkungannya.
2. Pengajaran Pusat Perhatian
Pembelajaran
pusat perhatian dirintis oleh Ovide Decroly (1871-1932) dari Belgia dengan
pengajaran melalui pusat minat (centered Intert).Dalam metode ini,peserta didik
harus dapat hidup dalam masyarakat dan dipersiapkan untuk masyarakat,anak harus
diarahkan kepada pembentukan individu dan sebagai anggota masyarakat.Karenanya
anak harus mempunyai pengetahuan terhadap diri sendiri seperti hasrat dan
cita-citanya,kemudian pengetahuan tentang dunianya seperti lingkungannya dan
tempat hidup di hari depannya.Menurut Decroly dalam Syaiful Sagala,dunia ini
terdiri dari alam dan kebudayaan,dan dunia itu harus hidup dan setiap orang
harus dapat mengembangkan kemampuan untuk mencapai cita-citannya.
Dari
penelitian secara tekun, Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna
bagi pendidikan dan pengajaran, yang merupakan dua hal yang khas dari Decroly,
yaitu :
a.
Metode Global (keseluruhan). Dari hasil yang dapat dari
observasi dan tes, dapatlah ia menetapkan, bahwa anak-anak mengamati dan
mengingat secara global (keseluruhan). Mengingat keseluruhan dulu daripada
bagian bagian. Jadi ini berdasar atas prinsip psikologi Gestalt. Dalam
mengajarkan membaca dan menulis,ternyata mengajarkan kalimat lebih
mudahdaripada mengajarkan kata-kata lepas. Sedangkan kata lebih mudah diajarkan
daripada mengajarkan huruf-huruf secara tersendiri. Metodeb ini bersifat
videovisual sebab arti sesuatu kata yang diajarkan itu selalu diasosiasikan
denagn tanda (tulisan), atau suatu gambar yang dapat dilihat.
Centre d’interet (pusat-pusat minat). Dari
penyelidikan psikologik, ia menetapkan bahwa anak-anak mempunyai minat yang
spontan (sewajarnya). Pengajaran harus disesuaikan dengan minat-minat spontan
tersebut. Sebab apabila tidak, yaitu misalnya minat yang di timbulkan oleh
guru, maka pengajaran itu tidak akan banyak hasilnya. Anak mempunyai
minat-minat spontan terhadap diri sendiri dan minat spontan terhadap diri
sendiri itu dapat di bedakan menjadi:
a.
Dorongan mempertahan kan diri
b.
Dorongan mencari makan minum
c.
Dorongan memelihara diri
Sedangkan minat terhadap masyarakat ialah:
a.
Dorongan sibuk bermain-main
b.
Dorongan meniru orang lain
Prinsip model pembelajaran pusat perhatian
adalah:sekolah merupakan laboratorium untuk mengadakan penyelidikan demi
kebaikan sistem pendidikan dan pengajaran.Dalam sekolah, anak didik diuji
berbagai dasar aliran dalam dunia pengajaran modern seperti:
a. sekolah berhubungan langsung dengan alam
dan penghidupan sekitarnya
b. pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas
perkembangan anak. Tiap- tiap anak mempunyai perbedaan antara lain kesanggupan,tingkat
kepandaian,tempo irama perkembangan,perhatian,pembawaan,bakat dan sebagainya
c. sekolah kerja
d. pendidikan yang fungsional dan praktis
e. pendidikan kesosialan dan kesusilaan
dengan member kesempatan untuk 12 bekerjasama
f. kerjasama antar rumah dan sekolah
g. edukasi
h. mempergunakan alat baru seperti
percetakan, pengmpulan alat pelajaran oleh peserta didik sendiri.Semua hal ini
telah diperaktekkan oleh Decroly di sekolahnya.
3. Sekolah Kerja
Merupakan
titik kulminasi dari pandangan yang mementingkan keterampian dalam pendidikan.
J.A. Comenius (1592-1670) menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran,
ingatan, bahasa dan tangan (keterampilan kerja tangan). Bapak sekolah kerja
adalah G.Kereschensteiner (1854-1932) dengan Arbeitesschule (sekolah kerja) di
Jerman. Sekolah kerja ini bertolak dari pandangan bahwa pendidikan itu tidak
hanya demi kepentingan individu tetapi berkewajiban menyiapakn warga negara
yang baik, yakni:
a. Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu
lapangan jabatan
b. Tiap orang wajib menyumbangkan tnaganya
untuk kepentingan Negara
c. Dalam menunaikan kedua tugas tersebut
haruslah selalu diusahakan kesempurnaannya, agar dengan jalan itu tiap warga
negara ikut membantu mempertinggi dan menyempurnakan kesusilaan dan keselamatan
negara
Tujuan Sekolah Kerja
Menurut G.Kereschensteiner tujuan sekolah
kerja adalah:
a. Menambah pengetahuan anak, yaitu
pengetahuan yang dididapat dari buku atau orang lain, dan yang didapat dari
pengalaman sendiri
b. Agar anak dapat memiliki kemampuan dan
kemahiran tertentu
c.
Agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi Negara
Kereschenteiner
berpendapat bahwa kewajiban utama sekolah adalah mempersiapkan anka-anak untuk
dapat bekerja. Karena banyaknya macam pekerjaan yang menjadi pusat pelajaran,
maka dibagi menjadi tiga golongan besar:
a. Sekolah-sekolah perindustrian
b. Sekolah-sekolah perdagangan
c. Sekolah-sekolah rumah tangga, bertujuan
mendidik para calon ibu yang diharapkan akan menghasilkan warga negara yang
baik
Pengikut
G.Kereschensteiner antara lain: Leo de Paeue, seorang dirjen pengajaran normal
di Belgia. Ia membuka lima sekolah kerja:
a.
Sekolah teknik kerajinan
b. Sekolah dagang
c. Sekolah pertanian bagi anak laki-laki
d. Sekolah rumah tangga kota
e. Sekolah rumah tangga desa
Dasar-dasar Sekolah kerja:
a. Di dalam sekolah kerja anak aktif berbuat
b. Pusat kegiatan pendidikan dan pengajran
ialah anak
c. Sekolah kerja mendidik anak menjadi
pribadi yang berani berdiri sendiri dan bertanggungjawab sebagai anggota
masyarakat yang baik
d. Bahan pelajaran disusun dalam suatu
keseluruhan yang berpusat pada masalah kehidupan
e. Sekolah kerja tidak mementingkan
pegetahuan yang bersifat hafalan atau hasil peniruan, melainkan pengetahuan
fungsional dan dapat dipergunakan untuk berprakarsa, mencipta dan berbuat
f. Pendidikan kecerdasan tidak dapat
diberikan dengan memberitahukan atau menceritakannya kepada anak melainkan anka
sendiri yang harus menjalani proses berfikir sesuai dengan tingkat perkembangan
anak
g. Sekolah kerja merupakan suatu bentuk
masyarakat kecil yang didalamnya anak-anak mendapatkan latihan dan pengalaman
yang amat penting artinya bagi pendidikan moral, soail, dan kecerdasan
Macam-macam Sekolah Kerja:
a. Sekolah kerja sosiologis
b. Sekolah kerja psikologis
c. Sekolah kerja sosiologis-psikologis
d. Sekolah kerja yang lebih menekankan
pengembangan kepribadian anak
Gerakan
sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan
yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan.J.A Comenius
(1592-1670) menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa,
dan tangan (keterampilan kerja tangan) J.H Pestalozzi (1746-1827) mengajarkan
bermacam-macam mata pelajaran peryukarab disekolahnya. Namun yang sering
dipandang sebagai bapak sekolah kerja adalah G. Kerchensteiner, menurut G.
Kerchensteiner tujuan sekolah kerja adalah :
a. Menambah pengetahuan anak, yaitu
pengetahuan yang didapat dari buku atau orang lain.
b. Agar anak dapat memiliki kemampuan dan
kemahiran tertentu
c. Agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai
persiapan jabatan dalam mengabdi negara.
4. Pengajaran Proyek
Dasar
filosofis dan pedagosis diletakkan pada John Dewey (1859-1952) namun
pelaksanaannya dilakukan oleh W.H.kilpartrick.Dalam pengajaran proyek anak
bebas menentukan pilihannya, merancang serta memimpinya.Proyek yang ditentukan
oleh anak mendorongnya mencari jalan pemecahan bila dia menemui kesukaran. Anak
dengan sendirinya giat dan aktif karena sesuai dengan apa yang
diinginkannya.Dalam pengajaran proyek, pekerjaan dikerjakan secara berkelompok
untuk menghidupkan rasa gotong-royong.
Pengajaran
proyek digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, yang perlu
ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang
dan memecahkan persoalan secara komprehensif.
Langkah-langkah pokok pengajaran proyek
a. Persiapan
b. Kegiatan belajar
c. Penilaian
C. DUA ALIRAN POKOK PENDIDIKAN DI INDONESIA
Dua
aliaran pokok pendidikan di Indonesia itu dimaksudkan adalah Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran ini
dipandang sebagai suatu tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia.
Secara historis, pendidikan yang melembaga telah dikenal sebelum Belanda
menjajah Indonesia.
1.
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara, ( Lahir 2 Mei 1889
dengan nama Suwardi Suryaningrat ) pada tanggal 3 Juli 1932 di Yogyakarta,
yakni dalam bentuk yayasan, selanjutnya mulai didirikan taman Indira ( Taman
kanak-kanak ) dan Kursus Guru, selanjutnya Taman muda ( SD ), Taman Dewasa merangkap Taman Guru (
Mulo-Kweekschool ). Sekarang ini telah dikembangkan sehingga meliputi pula
taman Madya, Prasarjana, dan Sarjana Wiyata. Dengan demikian Taman Siswa telah
meliputi semua jenjang persekolahan, dari pendidikan prasekolah, pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
a.
Asas dan Tujuan Taman Siswa
Perguruan
Kebangsaan taman Siswa mempunyai tujuh asas perjuangan untuk menghadapi
pemerintah colonial Belanda serta sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan
hidup bersifat nasional, dan demokrasi. Ketujuh asas tersebut dikenal dengan
“asas 1922” , sebagai berikut :
·
Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri
( Zelf Besschikkingsrecht ) dengan mengingat terbitnya persatuan dalam peri
kehidupan umum.
·
Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah
yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri.
·
Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan
kebangsaan sendiri. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat
menjangkau kepada seluruh rakyat.
·
Hidup dengan kekuatan sendiri
·
Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka
mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan (
Zelfbegrotings-system ).
·
Berhamba pada anak didik
Dalam perkembangan selanjutnya Taman siswa
melengkapi “ Asas 1922” tersebut dengan “ Dasar-dasar 1947 “ yang disebut pula
“ Panca Dharma “ yaitu :
·
Asas Kemerdekaan
·
Asas Kodrat Alam
·
Asas Kebudayaan
·
Asas Kebangsaan
·
Asas Kemanusiaan
Tujuan Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
adalah :
·
Sebagai Badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan
masyarakat tertib dan damai.
·
Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir
batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota
masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah
air, serta manusia pada umumnya.
b. Upaya-upaya Pendidikan yang Dilakukan Taman
Siswa
Di
lingkungan perguruan, untuk mencapai tujuannya Taman Siswa berusaha dengan
jalan sebagai berkut :
·
Menyelenggarakan tugas pendidikan dalam bentuk perguruan
dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi.
·
Mengikuti dan mempelajari perkembangan dunia di luar
Taman Siswa.
·
Menumbuhkan lingkungan hidup keluraga Taman Siswa,
sehingga dapat tampak wujud masyarakat Taman Siswa yang dicita-citakan.
·
Meluaskan kehidupan ke Taman Siswa-an di luar lingkungan
masyarakat perguruan.
·
Menjalankan kerja pendidikan untuk masyarakat umum dengan
dasar-dasar dan hidup Taman Siswa
·
Menyelenggarakan usaha-usaha kemasyarakatan dalam
masyarakat dalam bentuk-bentuk badan social, Usaha-usaha pembentukan kesatuan
hidup kekeluargaan sebagai pola masyarakat baru Indonesia, usaha pendidikan
kader pembangunan.
·
Mengusahakan terbentuknya pusat – pusat kegiatan
kemasyarakatan dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupan masyarakat.
c. Hasil-hasil yang Dicapai
Berbagai
hal seperti pemikiran tentang pendidikan nasional, lembaga – lembaga pendidikan
dari Taman Indria sampai dengan Sarjana Wiyata, dan sejumlah besar alumni
perguruan. Ketiga pencapaian itu merupakan pencapaian sebagai suatu yayasan
pendidikan.
2. Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang
pendidik INS ( Indonesia Nederlandsche School ) didirikan oleh Mohammad Syafei
( lahir di Matan, Kalbar tahun 1895 ) pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu
Tanam ( Sumatera barat ). Dimulai dengan 75 murid, dibagi dalam dua kelas,
serta masuk sekolah bergantian karena gurunya hanya satu, yakni Moh. Syafei
sendiri. Sekolah ini mengalami pasang surut sesuai dengan keadaan Indonesia
saat itu.
a. Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu
Tanam
Pada
awal didirikan, Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mempunyai asas-asas sebagai
berikut:
·
Berpikir logis dan rasiona
·
Keaktifan atau kegiatan
·
Pendidikan masyarakat
·
Memperhatikan pembawaan anak
·
Menentang intelektualisme
Setelah
kemerdekaan Indonesia, Moh. Sjafei mengembangkan asas-asas pendidikan INS
menjadi dasar-dasar pendidikan Republik Indonesia, menjadi sebagai berikut :
Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan,
Kerakyatan, Kebangsaan, Kebangsaan, Gabungan antara pendidikan ilmu umum dan
kejuruan, Percaya pada diri sendiri juga pada Tuhan, Berakhlak ( bersusila )
setinggi mungkin, Bertanggung jawab akan
keselamatan nusa dan bangsa, Berjiwa aktif positif, Mempunyai daya cipta,
Cerdas, logis dan rasional, Berperasaan tajam, halus dan estetis,Gigih atau
ulet yang sehat,Correct atau tepat,Emosional atau terharu,Jasmani sehat dan kuat,Cakap
berbahasa,Sanggup hidup sederhana, Sanggup mengerjakan sesuatu pekerjaan,
Sebanyak mungkin memakai kebuyaan nasional, Waktu mengajar para guru menjadi
objek dan murid sebagai subjek, Para guru mencontohkan pelajaran-pelajarannya,
Diusahakan agar pelajar mempunyai darah ksatria, Mempunyai jiwa konsentrasi,
Pemeliharaan(perawatan) sesuatu usaha, Menepati janji, Sebelum pekerjaan
dimulai dibiasakan menimbangnya dulu sebaik-baiknya, Kewajiban harus dipenuhi,
Hemat.
Tujuan Ruang Pendidik INS kayu Tanam adalah :
·
Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
·
Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
·
Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
·
Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani
bertanggung 19 jawab
·
Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan
b. Usaha-usaha Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
·
Memantapkan dan menyebarluaskan gagasan – gagasannya
tentang pendidikan nasional
·
Menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan dan program
khusus untuk menjadi guru
·
Penerbitan Majalah anak –anak (Sendi), buku bacaan dalam
rangka pemberantasan buta huruf dan angka, mencetak buku – buku pelajaran.
·
Pengembangan Ruang Pendidik INS (kelembagaan, sarana/
prasarana, dan lain-lain)
c. Hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu
Tanam
Mengupayakan
gagasan – gagasan tentang pendidikan nasional (terutama pendidikan keterampilan
/ kerajinan), beberapa ruang pendidikan ( jenjang persekolahan ), dan sejumlah
alumni.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Aliran-aliran klasik meliputi aliran
empirisme, nativisme, naturalisme, konvergensi, progresifisme, esensialisme,
perenialisme, dan konstriktivisme yang merupakan penghubung pemikiran –
pemikiran pendidikan masa lalu, kini, dan mungkin yang akan datang. Aliran
klasik berpengaruh terhadap pemikiran dan praktek pendidikan di Indonesia,
sehingga menimbulkan gerakan baru terhadap pelaksanaan pendidikan di Indonesia.
Dua aliran pokok di Indonesia yaitu : Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam.
B. SARAN
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini baik segi sumber maupun penulisan, untuk itu
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan
makalah selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Farihah, Nick. 2011. Aliran-aliran dalam Pendidikan, (Online),
(http://catatanfarihah.wordpress.com/2011/04/11/62/ )
Firdaus Rahmatulla, Muhammas. 2010. Makalah Pengantar Pendidikan,
(Online),
(http://firdaus-rahmatullah.blogspot.com/2010/07/makalah-pengantar-pendidikan.
html)
Rozien, Iebdha. 2012. Pengantar Ilmu Pendidikan (Aliran-aliran
Pendidikan), (Online), (http://iebdharozien.blogspot.com/2013/03/pengantar-ilmu-pendidikanaliran-aliran.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar