LANDASAN DAN
ASAS PENDIDIKAN
MATA KULIAH: PENGANTAR PENDIDIKAN
Disusun oleh :
Fadelan Rizaldi (A1E315029)
Aulia Rahmi (A1E315015)
Desi Noor Muliana (A1E315020)
Diana Saputri ( A1E315021)
Hatmah (A1E315038)
Mardiati Ulfah (A1E315054)
Nadya Mahrita Ulfah (A1E315070)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2015
Kata
Pengantar
Alhamdulillah, Puji dan syukur hanya layak tercurahkan kepada Allah
SWT. , karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga
tercurahkan kepada Nabi kita Nabi besar Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam.
Manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak untuk diteladani, yang seluruh
ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh getar hatinya kebaikan. Sehingga
Penyusun dapat menyelesaikan tugas kelompok ini tepat pada waktunya.
Banyak kesulitan dan hambatan yang Penyusun hadapi dalam membuat tugas ini tapi
dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak
sehingga Penyusun mampu menyelesaikan tugas ini dengan baik, oleh karena itu
pada kesempatan ini, Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Drs.H.Mahlan Asmar, M.Pd selaku dosen mata kuliah Pengantar Pendidikan, semoga
ilmunya berkah dan menjadi aliran amal sampai nanti, dan teman-teman kelas 1A
yang selalu memberikan motivasinya untuk penyusun. Penyusun menyimpulkan bahwa
tugas ini masih belum sempurna, oleh karena itu Penyusun menerima saran dan
kritik, guna kesempurnaan tugas ini dan bermanfaat bagi Penyusun dan pembaca
pada umumnya.
Banjarmasin,
September 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………...… iv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………….. 1
- Latar
Belakang…………………………………………… 1
- Rumusan
Masalah………………………………………... 2
- Tujuan
Penulisan................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………... 3
- Pengertian
Landasan dan Asas pendidikan….……………
3
- Landasan
Filosofis………………………………...……... 4
- Landasan
Sosiologis………...……………………............ 5
- Landasan
Kurtural……………………………..................
6
- Landasan
Psikologi……………...................................... 7
- Landasan
Ilmiah dan Teknologis..................................... 8
BAB V KESIMPULAN
KRITIK DAN SARAN……………………………………………... 9
DAFTAR PUTAKA…………………………………………........... 10
BAB
1
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Latar
belakang dibuatnya makalah ini adalah yang pertama di karena kan tuntutan tugas
dari mata kuliah PENGANTAR PENDIDIKAN. Pendidikan sebagai usaha sadar yang sestematik
selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah landasan
serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut
sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan
manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu. Beberapa diantara landasan
pendidikan tersebut adalah landasan filosofi, sosiologis, dan kultural, yang
sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya
landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa
depan. Kajian berbagai landasan landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan
yang tepat tentang pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat, serta
dengan menerapkan asas-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat
memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan
menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan. Sehingga akan
memberikan perspektif yang lebih luas terhadap pendidikan, baik dalam aspek
konseptual maupun operasional. Dalam Bab III, akan dipusatkan pada paparan
dalam berbagai landasan dan asas pendidikan, serta beberapa hal yang berkaitan
dengan penerapannya. Landasan tersebut adalah filosofis, kultural, psikologis,
serta ilmiah dan teknologi.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi
dengan hanya mengkaji masalah-masalah sebagai berikut :
1.
Apa yang di maksud dengan Landasan
Pendidikan?
2.
Apa yang di maksud dengan Landasan
Filosofis?
3.
Apa yang di maksud dengan Landasan
Sosiologis?
4.
Apa yang di maksud dengan Landasan
kurtural?
5.
Apa yang di maksud dengan Landasan
Psikologis?
6.
Apa yang di maksud dengan Landasan Ilmiah
dan Teknologis?
TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat tujuan
masalah sebagai berikut:
1.
Menjelaskan Landasan Pendidikan
2.
Menjelaskan yang di maksud dengan Landasan
Filosofis?
3.
Menejelaskan yang di maksud dengan Landasan
Sosiologis?
4.
Menjelaskan yang di maksud dengan Landasan
kurtural?
5.
Menjelaskan yang di maksud dengan Landasan
Psikologis?
6.
Menjelaskan yang di maksud
dengan Landasan Ilmiah dan Teknologis?
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Landasan Pendidikan
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak
terputus dari generasi ke generasi di
manapun di dunia ini upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan itu
diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan dalam latar sosial-kebudayaan
setiap masyarakat tertentu. Oleh karena itu,
meskipun pendidikan itu universal namun terjadi perbedaan perbedaan tertentu
sesuai dengan pandangan hidup dan latar sosiokultural tersebut. Dengan kata
lain, pendidikan di selenggarakan berlandaskan filsafat hidup serta
berlandaskan sosiokultural setiap masyarakat, termasuk di Indonesia. Kajian
ketiga landasan itu (filosofis, sosiologis, dan kultural) akan membekali setiap
tenaga kependidikan dengan wawasan dan pengetahuan yang tepat tentang bidang
tugasnya.
Selanjutnya, terdapat dua landasan
lain yang selalu erat kaitannya dalam setiap upaya pendidikan, utamanya
pengajaran, yakni landasan psikologis dan landasan iptek. Landasan psikologis
akan membekali tenaga kependidikan dengan pemahaman perkembangan peserta didik
dan cara-cara belajarnya. Sedangkan
landasan iptek akan membekali tenaga kependidikan, khususnya guru. Tenrang
sumber bahan ajaran. Pengkajian landasan psikologis dan landasan iptek tersebut
akan membekali tenaga kependidikan suatu pegangan dalam mewujudkan keseimbangan
dan keselarasan yang dinamis antara pengembangan jati diri peserta didik dan
penguasaaan iptek tersebut.
A. LANDASAN FILOSOFIS
Adalah landasan yang berdasarkan atau
bersifat filsafat ( Falsafat, Falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber
dari bahasa Yunani, philein berarti mencintai, dan sophos atau sophis
berarti hikmah, arif, atau bijaksana.
Pengertian tentang Landasan Filosofis
Terdapat
kaitan erat antara pendidikan dan filsafat. Filasafat mencoba merumuskan
citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan Pendidikan berusaha
mewujudkan citra itu.Dari sisi lain, pendidikan merupakan proses
memanusiakanmanusia. Jadi Filsafat pendidikan berupaya
menjawab secara kritis dan mendasar berbagai pertanyaan pokok sekitar
pendidikan, seperti apa, mengapa, kemana, bagaimana, dan sebagainya dari
pendidikan itu. Hal itu sangat penting karena hasil pendidikan tidak segera
tampak, sehingga setiap keputusan dan tindakan serta diikuti dengan upaya
pemantauan dan penyesuaian yang meneruskan, sangat penting karena koreksi
setelah diproleh hasilnya akan sangat sulit dan sudah terlambat.
Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan
Nasional ( Sisdiknas)
Pasal 2 UU-RI No. 2 Tahun 1989
menetapkan yaitu bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undangan-Undangan dasar 1945.
Rincian selanjutanya tentang hal itu tercantum dalam penjelasan UU-RI No. 2
Tahun 1989, yang menegaskan bahwa pembangunan nasional termasuk di bidang
pendidikan adalah adalah pengamalan Pancasila, dan untuk itu pendidikan
nasional mengusahakan antara lain: “Pembentukan manusia Pancasila sebagai
manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri”
(Undangan-Undangan, 1992: 24). Sedangkan ketetapan MPR-RI No.II/MPR/1978
tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P) menegaskan pula bahwa Pancasila
itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia,
pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Republik Indonesia.
Pancasila sebagai sumber dari segala gagasan mengenai wujud manusia dan
masyarakat yang dianggap baik, sumber dari segala sumber nilai yang menjadi
pangkal serta muara dari setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan dengan
kata lain: Pancasila sebagai sumber sistem nilai dalam pendidikan.
Landasan Filosofis Pendidikan
Landasan filosofis pendidikan perlu dikuasai
oleh para pendidik, adapun alasannya antara lain:
Pertama, karena pendidikan bersifat normatif,
maka dalam rangka pendidikan diperlukan asumsi yang bersifat normatif pula.
Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat normatif itu antara lain dapat bersumber
dari filsafat. Landasan filosofis pendidikan yang bersifat preskriptif dan
normatif akan memberikan petunjuk tentang apa yang seharusnya di dalam
pendidikan atau apa yang dicita-citakan dalam pendidikan.
Kedua, bahwa pendidikan tidak cukup dipahami hanya melalui pendekatan ilmiah
yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang pula
secara holistik. Adapun kajian pendidikan secara
holistik dapat diwujudkan melalui pendekatan filosofis. Ada berbagai aliran
filsafat pendidikan, antara lain Idealisme, Realisme, Pragmatisme, dsb. Namun
demikian, bangsa Indonesia sesungguhnya memiliki filsafat pendidikan nasional
tersendiri, yaitu filsafat pendidikan yang berdasarkan Pancasila. Sehubungan
dengan hal ini berbagai aliran filsafat pendidikan perlu kita pelajari, namun
demikian bahwa pendidikan yang kita selenggarakan hendaknya tetap berlandaskan
Pancasila. Pemahaman atas berbagai aliran filsafat pendidikan akan dapat
membantu Anda untuk tidak terjerumus ke dalam aliran filsafat lain. Di samping
itu, sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, kita pun dapat
mengambil hikmah dari berbagai aliran filsafat pendidikan lainnya, dalam rangka
memperkokoh landasan filosofis pendidikan kita. Dengan memahami landasan
filosofis pendidikan, diharapkan tidak terjadi kesalahan konsep tentang
pendidikan yang akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam praktek
pendidikan.
Landasan
Filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan,
yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok
seperti: Apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan, apa yang
seharusnya menjadi tujuannya, dan sebagainya.
Konsepsi-konsepsi
filosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya pada umumnya bersumber dari dua faktor, yaitu:
·
Religi dan Etika yang bertumpu pada
keyakinan.
·
Ilmu pengetahuan yang mengandalkan
penalaran. Filsafat berada diantara keduanya: Kawasannya seluas religi, namun
lebih dekat dengan ilmu pengetahuan karena filsafat
timbul dari keraguan dan
karena mengandalkan akal manusia (Redja Mudyahardjo, et.al., 1992: 126-134.)
Tinjauan filosofis tentang sesuatu,
termasuk pendidikan, berarti berpikir bebas serta merentang pikiran sampai
sejauh-jauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan istilah filsafat dapat dalam dua pendekatan, yakni:
·
Filsafat sebagai kelanjutan dari
berpikir ilmiah, yang dapat dilakukan oleh setiap orang
serta sangat bermanfaat dalam memberi makna kepada ilmu pengetahuannya itu.
·
Filsafat sebagai kajian khusus yang
formal, yang mencakup logika, epistemology (tentang
benar dan salah), etika (tentang baik dan buruk), estetika (tentang indah dan
jelek), metafisika (tentang hakikat yang “ada”, termasuk akal itu sendiri),
serta social dan politik (filsafat pemerintahan).
Kajian-kajian
yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat (logika, epistemology, etika, dan
estetika, metafisika dan lain-lain) akan besar pengaruhnya terhadap pendidikan,
karena prinsip-prinsip dan kebenaran-kebenaran hasil kajian tersebut pada
umumnya diterapkan dalam bidang pendidikan. Peranan filsafat dalam bidang
pendidikan tersebut berkaitan dengan hasil kajian antara lain tentang:
Keterbatasan
manusia sebagai mahluk hidup yang banyak menghadapi tantangan; dan
Perlunya
landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat pendidikan
(Wayan Ardhana, 1986: Modul1/9).
Hasil-hasil
kajian filsafat tersebut, utamanya tentang konsepsi manusia dan dunianya,
sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan. Beberapa aliran filsafat yaitu sebagai berikut:
·
Naturalisme
Naturalisme merupakan aliran filsafat
yang menganggap segala kenyataan yang bisa ditangkap oleh panca indera sebagai
kebenaran yang sebenarnya. Aliran ini biasa pula
diberi nama yang berbeda sesuai dengan variasi penekanan konsepsinya tentang manusia
dan dunianya.
·
Idealisme
Idealisme menegaskan bahwa hakikat
kenyataan adalah ide sebagai gagasan kejiwaan.
Apa yang dianggap kebenaran realitas hanyalah bayangan atau refleksi dari ide
sebagai kebenaran bersifat spiritual atau mental. Ide sebagai gagasan kejiwaan
itulah sebagai kebenaran atau nilai sejati yang absolute dan abadi.
·
Pragmatisme
salah seorang tokoh pragmatisme,
mengemukakan bahwa penerapan konsep pragmatisme secara eksperimental melalui
lima tahap:
1. Situasi
tak tentu (indeterminate situation), yakni timbulnya
situasi ketegangan didalam pengalaman yang perlu dijabarkan secara spesifik.
2. Diagnosi, yakni mempertajam masalah
termasuk perkiraan faktor penyebabnya.
3. Hipotesis,
yakni penemuan gagasan yang diperkirakan dapat mengatasi masalah.
4. Pengujian
hipotesis, yakni
pelaksanaan berbagai hipotesis dan membandingkan hasilnya serta implikasinya
masing-masing jika dipraktekkan.
5. Evaluasi,
yakni mempertimbangkan hasilnya setelah hipotesis terbaik dilaksanakan.
Oleh
karena itu, bagi paragtisme, pendidikan adalah suatu proses eksperimental dan
metode mengajar yang penting adalah metode pemecahan masalah. Pengaruh aliran
paragtisme tersebut bahkan terwujud dalam gerakan pendidikan progresif atau
progresivisme sebagai bagian dari suatu gerakan reformasi sosiopolitik pada
akhir abad XIX dan awal abad XX di Amerika Serikat. Progresivisme menentang
pendidikan tradisionalis serta mengembangkan teori pendidikan dengan
prinsip-prinsip antara lain:
-
Anak
harus bebas agar dapat berkembang wajar.
-
Menumbuhkan
minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar.
-
Guru
harus menjadi peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.
-
Harus
ada kerja sama sekolah dan rumah.
Selanjutnya
perlu dikemukakan secara ringkas empat mazhab filsafat pendidikan yang besar pengaruhnya
dalam pemikiran dan penyelenggaraan pendidikan. Keempat mazhab filsafat
pendidikan itu (Redja Mudyahardjo, et. Al., 1992: 144-150; Wayan Ardhana, 1986
:14-18) adalah:
·
Esensialisme.
Esensialisme merupakan mazhab filsafat
pendidikan yang menerapkan prinsip idealisme dan realisme secara eklektis.
Menurut Mazhab ensesialisme, yang termasuk the liberalarts, yaitu:
1).
Penguasaan bahasa termasuk rerorika
2).
Gramatika
3).
Kesusateraan
4).
Filsafat
5).
Ilmu kealaman
6). Matematika
7).
Sejarah
8).
Seni keindahan (fine arts)
·
Perenialisme
Ada persamaan antara perenialisme dan
esensialisme, yakni keduanya membela kurikulum tradisional yang berpusat pada
mata pelajaran yang pokok-pokok (subject centered). Perbedaannya ialah
perenialisme menekankan keabadian teori kehikmatan, yaitu:
1). Pengetahuan yang benar (truth)
2).
Keindahan (beauty)
3). Kecintaan kepada kebaikan (goodness)
Oleh
karena itu dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang
konstan atau perennial. Prinsip pendidikan antara lain:
1). Konsep pendidikan itu bersifat abadi,
karena hakikat manusia tak pernah berubah.
2). Inti pendidikan haruslah mengembangkan
kekhususan mahluk manusia yang unik, yaitu
kemampuan berpikir.
3). Tujuan belajar ialah mengenal kebenaran
abadi dan universal.
4). Pendidikan merupakan persiapan bagi
kehidupan sebenarnya.
5). Kebenaran abadi itu diajarkan melalui
pelajaran-pelajaran dasar (basic subjects)
Pragmatisme dan Progresivisme
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang
memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis,
di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang
pendidikan tradisional.
Progresivisme yaitu perubahan untuk
maju. Manusia akan mengalami perkembangan apabila
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya berdasarkan pemikiran. Progresivisme atau gerakan
pendidikan progresif mengembangkan teori pendidikan yang mendasarkan diri pada
beberapa prinsip, antara lain sebagai berikut:
1). Anak harus bebas untuk dapat berkembang
secara wajar
2).
Pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang minat
belajar.
3). Guru harus menjadi seorang peneliti dan
pembimbing kegiatan belajar.
4).
Sekolah progresif harus merupakan sebuah laboratorium untuk melakukan
reformasi pedagogis dan ekperimentasi.
Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah suatu
kelanjutan yang logis dari cara berpikir progresif dalam pendidikan.
Individu tidak hanya belajar tentang pengalaman-pengalaman kemasyarakatan masa
kini disekolah, tapi haruslah memelopori masyarakat kearah masyarakat baru yang
diinginkan. Dan dalam pengertian lain. Rekonstruksionisme adalah mazhab
filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor
perubahan masyarakat.
Landasan Sosiologis
Manusia
yang hidup berkelompok, sesuatu yang terjadi dengan yang lain sama
halnya hewan,tetapi pengelompokan pada manusia lebih rumit dari pada hewan.
Pada wayan Ardhan hidup berkelompok pada hewan memiliki ciri:
Pembagian pada anggotanya
Ketergantungan pada anggota
Ada kerjasama anggota
Komunikasi antar anggota
Dan adanya diskriminasi antara individu
satu dengan yang lain dalam kelompok
a.
Pengertian tentang landasan sosiologi
Dimana suatu proses interaksi antar dua
individu,bahkan dua generasi dan memungkinkan generasi muda untuk mengembangkan
diri. Sehingga
melahirkan cabang-cabang sosiologi antara lain sosiologi pendidikan dan ruang
lingkup yang di pelajari antara lain:
1) Hubungan pendidikan dengan aspek
masyarakat lain,yang mempelajari:
Fungsi
pendidikan dalam kebudayaan
Hubungan
sistem pendidikan dan proses kontrol sosial dengan sistem kekuasaan lain
Fungsi
pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan kebudayaan
Hubungan
antar kelas sosial
Fungsional
pendidikan formal yang mencakup hubungan dengan ras, kebudayaan dan kelompok
kelompok dalam masyarakat
2) Hubungan kemanusiaan di sekolah yang
meliputi:
Sifat kebudayaan dalam sekolah yang khusus dan
berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah
Pola
interaksi dan struktur masyarakat sekolah
3) Pengaruh sekolah pada perilaku
anggotanya,yang mempelajari:
Peranan
sosial guru
Sifat kepribadian guru
Pengaruh
kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa
Fungsi
sosial sekolah pada sosialisasi anak anak
4) Sekolah dalam komunitas,mempelajari pola
interaksi antara sekolah dalam komunitasnya yang meliputi:
Pelukisan
komunitas sekolah seperti tampaknya dalam pragnisasi sekolah
Analisis
tentang proses pendidikan seperti tampak pada kaum sosila tak terpelajar
Hubungan
antara sekolah dan komunitas dalam fungsi pendidikannya
Faktor
faktor demografi dan ekologi dalam organisasi sekolah
Dalam
keempat bidang di atas yang di pelajari untuk memahami pendidikan dalam masyarakat
menurut Wayan ardhan.
b. Masyarakat indonesia sebagai landasan
sosiologi sistem pendidikan nasional (sisdiknas)
Masyarakat
sebagai kesatuan hidup memiliki ciri utama antara lain:
Adanya
interaksi antar warga warganya
Pola
tingkah laku yang diatur adat istiadat,hukum dan norma yang berlaku
Adanya
rasa identitas yang mengikat pada warganya.
3.Landasan
Kultural
a.Pengertian
Landasan Kultural
Kebudayaan
dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/
dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi
penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun informal.
Anggota
masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan
perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nilai-nilai,dan
norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju
pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim
digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga
pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan,
atau dikembangkan melalui pendidikan. Baik kebudayaan yang berwujud ideal, atau
kelakuan dan teknologi, dapat diwujudkan melalui proses pendidikan.
Sebagai contoh dalam penggunaan bahasa,
setiap masyarakat dapat dikatakan mengajarkan kepada anak-anak untuk mengatakan
sesuatu, kapan hal itu dapat dikatakan, bagaimana mengatakannya, dan kepada
siapa mengatakannya. Contoh lain, setiapa masyaratkat mempunyai persamaan dan
perbedaan dalam berpakaian. Dalam kaitan dengan pakaian, anak harus mempelajari
dari anggota masyarakat yang lain tentang cara menggunakan pakaian tertentu
dari dalam peristiwa apa pakaian tertentu dapat dipakai. Dengan mempelajari
tingkah laku yang dapat diterima dan kemudian menerapkan sebagai tingkah
lakunya sendiri menjadikan anak sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu,
anak-anak harus diajarkan polapola tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma
yang berlaku di dalam masyarakat. Dengan kata lain, fungsi pokok setiap sisitem
pendidikan adalah untuk mengajarkan anak-anak pola-pola tingkah laku yang
essensial tersebut.
Cara-cara untuk mewariskan kebudayaan,
khususnya mengajarkan tingkah laku kepada generasi baru, berbeda dari
masyarakat ke masyarakat. Pada
dasarnya ada tiga cara umum yang dapat diidentifikasikan, yaitu informal,
nonformal, dan formal. Cara informal terjadi di dalam keluarga, dan nonformal
dalam masyarakat yang berkelanjutan dan berlangsung dalam kehidupan
sehari-hari. Sedangkan cara formal melibatkan lembaga khusus yang dibentuk
untuk tujuan pendidikan. Pendidikan formal tersebut dirancang untuk
mengarahkan perkembangan tingkah laku anak didik. Kalau masyarakat hanya
mentransmisi kebudayaan yang mereka miliki kepada generasi penerus maka tidak
akan diperoleh kemajuan.
b.
Kebudayaan Sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional
Seperti
telah dikemukakan, yang dimaksud dengan sisidiknas adalah pendidikan yang
berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia. (UU-RI No. 2/1989) Pasal 1 Ayat 2.
yaitu (pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada
nilai nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman.) Karena masyarakat Indonesia sebagai pendukung kebudayaan itu
adalah masyarakat yang majemuk, maka kebudayaan bangsa Indonesia tersebut lebih
tepat disebut sebagai kebudayaan Nusantara yang beragam. Puncak-puncak
kebudayaan Nusantara itu dan yang diterima secara nasional disebut kebudayaan
nasional. Oleh karena itu, kebudayaan nasional haruslah dipandang dalam latar
perkembangan yanag dinamis seiring dengan semakin kukuhnya persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan asas bhineka tunggal ika.
Pada
awal perkembangannya. Suatu kebudayaan terbentuk berkat kemampuan mengatasi kehidupan alamiahnya dan
kesengajaan manusia menciptakan lingkungan yang cocok bagi kehidupannya. Setiap
individu yang lahir selalu memasuki lingkungan dan kebudayaan dan lingkungan
alamiah itu, dan menghadapi dua sistem sekaligus yaitu sistem kebudayaan dan
sistem lingkungan alam. Individu dalam masyarakat modern sangat dipengaruhi
oleh besar dan kompleksnya kehidupan masyarakat modern dan kecanggihan
kebudayaannya. Ini berarti bahwa individu hanya dapat hidup dalam masyarakat
atau kebudayaan modern, apabila ia mau daan mampu belajar terus menerus.
Salah
satu upaya penyesuaian pendidikan jalur sekolah dengan keragaman latar belakang
sosial budaya di Indonesia adalah dengan memberlakukan muatan lokal di dalam
kurikulum sekolah. Utamanya di sekolah dasar (SD). Kebijakan ini bukan hal baru,
karena gagasannya telah diberlakukan sejak dulu. Umpamanya dengan pengajaran
bahasa daerah atau penggunaan bahasa daerah di dalam proses belajar mengajar.
Keragaman sosial budaya tersebut terwujud dalam keragaman adat istiadat, tata
cara dan tata krama pergaulan, kesenian, bahasa dan sastra daerah, maupun
kemahiran dan kerampilan yang tumbuh dan tumbuh dan terpelihara di suatu daerah
tertentu. Keanekaragaman itu sejak awal kemerdekaan telah mencoraki kurikulum
sekolah, utamanya sekolah dasar, dengan berbagai variasi yakni mulai sebagai
mata pelajaran (umpama bahasa daerah), ataupun sebagai bagiandari bahan ajaran
atau cara penyampaiannya. Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik dari
setiap daerah itu melalui upaya pendidikan sebhgai wujud dari kebhinnekaan
masyarakat dang bangsa Indonesia. Hal ini haruslah dilaksanakan dalam kerangka
pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi
tunggal ikaan.
·Landasan Psikologis
Pendidikan selalu melibatkan aspek
kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis merupakan salah satu landasan
yang penting dalam bidang pendidikan. Pada umumnya landasan psikologis dari
pendidikan tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia, khususnya tentang
proses perkembangan dan proses belajar.
a.
Pengertian Landasan Psiklogis
Pemahaman
peserta didik utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan faktor
keberhasilan untuk pendididkan. Dalam maksud itu, Psikologi menyediakan
sejumlah informasi/kebutuhan tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya
serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi. Oleh karena itu
pemahaman perkembangan kepribadian akan sangat bermanfaat untuk pendidikan,
utamanya dalam membantu setiap peserta didik
mengembangkan kepribadiannya, seperti yang telah di kemukakan bahwa
salah satu tujuan pendidikan adalah terbentuknya kepribadian yang mantap dan
mandiri.
Manusia dilahirkan dengan sejumlah
kebutuhan yang harus dipenuhi dan potensi yang harus dikembangkan. Semakin kuat
motif sebagai upaya pemenuhan kebutuhan, semakin kuat pula proses belajar yang
terjadi.
Seperti
di kemukakan teori A.maslow kategori kebutuhan menjadi enam kategori meliputi:
·Kebutuhan fisiologis: kebutuhan
mempertahankan hidup (makan, tidur, istrahat dan sebagainya)
·Kebutuhan rasa aman: kebutuhan terus
menerus merasa aman dan bebas dari ketakutan
·Kebutuhan akan cinta dan
pengakuan:kebutuhan rasa kasih sayang dalam kelompok
·Kebutuhan akan alkuturasi diri:kebutuhan
akan potensi potensi yang di miliki
·Kebutuhan untuk mengetahui dan di pahami:kebutuhan
akan berkaitan dengan penguasaan iptek
Kajian
psikologis yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan
kecerdasan, berpikir, dan belajar.
b.
Perkembangan peserta didik sebagai landasan psikologis
Peserta didik selalu berada dalam proses
perubahan. Baik karena pertumbuhan maupun karena perkembangan.
Perkembangan
manusia berlangsung sejak konsepsi (pertemuan ovum dan sperma) sampai saat
kematian, sebagai perubahan maju (progresif) ataupun kadang-kadang kemunduran
(regresif).
Salah satu aspek dari pengembangan
manusia seutuhnya adalah yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian,
utamanya agar dapat diwujudkan kepribadian yang mantap dan mandiri. Meskipun
terdapat variasi pendapat, namun dapat dikemukakan beberapa prinsip umum
kepribadian. Disebut sebagai prinsip prinsip umum karena
·Prinsip tersebut yang dikemukakan dengan
variasi tertentu dalam berbagai teori kepribadian.
·Prinsip itu akan tampak bervariasi pada
kepribadian manusia tertentu (sebab: kepribadian itu unik)
Salah satu prinsip perkembangan
kepribadian ialah bahwa perkembangan kepribadian mencakup aspek behavioral
maupun aspek motivasional.Cara menyikapi dan memperlakukan siswa haruslah
sebagai manusia dalam proses perkembangan kepribadiannya, yang akan beraksi dengan
keutuhan pribadinya. Wawasan tersebut berpangkal pada pandangan bahwa
kepribadian itu memiliki unsur struktur yang utuh dan dinamis.
Prinsip kedua dari perkembangan
kepribadian adalah bahwa kepribadian mengalami perkembangan yang terus menerus
dan tidak terputus-putus.
Terdapat
dua hal kepribadian yang penting di tinjau dari konteks perkembangan
kepribadian, yakni:
·Terintegrasinya seluruh komponen ke
dalam struktur yang teroganisir secara sistematik.
·Terjadi tingkah laku yang konsisiten
dalam menghadapi lingkungan.
Kedua hal tersebut
mempunyai hubungan yang erat sekali. Seperti diketahui pada masa bayi belum
jelas pemisahan antara “aku” dengan yang lain. Perkembangan konsep aku tersebut
dipengaruhi beberapa faktor : keadaan fisik, proses maturasi, harapan-harapan
orang tua, sikap anggota keluarga terhadap anak, dan sebagainya. Kesemuanya
itu akan menumbuhkan persepsi, konsepsi,
dan sikap anak terhadap dirinya sendiri, semua itu akan menentukan konsep dirinya
(self concept).
Berbagai faktor
yang ikut mempengaruhi terbentuknya konsep diri (self-concept) pada anak dan
dengan demikian mempengaruhi perkembangan kepribadiannya, digambarkan secara
skematis oleh Crow dan Crow seperti pada bagan sbb :
Harapan-harapan
orang tua
sikap terhadap sikap
terhadap anggota keluarga
teman sebaya
problem personal keadaan
fisik anak
keluar
Problem ekonomi Maturasi
Biologis
Keluarga
Opini dari teman
Sebaya Dampak
dari TV,Radio dll
Afiliasi
Keagamaan Tuntutan
sekolah
5.Landasan
Ilmiah dan Teknologis
Pendidikan
serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mempunyai kaitan yang sangat erat.
Seperti diketahui , iptek menjadi bagian utama dalam isi pengajaran, dengan
kata lain, pendidikan berperan sangat penting dalam perwarisan dan pengembangan
iptek. Seiring dengan kemajuan iptek pada umumnya, ilmu pendidikan juga
mengalami kemajuan yang pesat. Kemajuan cabang-cabang ilmu tersebut menyebabkan
tersedianya informasi emperis yang cepat dan tepat, dan pada gilirannya,
diterjemahkan menjadi program.
Dengan
perkembangan iptek dan kebutuhan masyarakat yang makin komplek dan pendidikan
dalam segala aspeknya mau tak mau harus mengakomodasikan perkembangan itu, baik
perkembangan iptek maupun perkembangan masyarakat. Selanjutnya, karna kebutuhan
pendidikan yang sangat mendesak maka banyak teknologi dari berbagai bidang ilmu
segera diadopsi ke dalam penyelenggaraan
pendidikan, dan kemajuan itu segera dimanfaatkan oleh penyelenggara pendidikan.
·Pengertian tentang Ilmu Pendidikan dan
Teknologi (IPTEK)
Pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui berbagai cara terhadap fakta,
penalaran (rasio), institusi. Ilmu pengetahuan meliputi berbagai cabang ilmu yaitu, ilmu-ilmu sosial dan
ilmu-ilmu alam. Dilihat dari segi tujuan pokoknya, ilmu dasar dan ilmu terapan
sering dibedakan. Terutama ilmu dasar
digunakan demi kemajuan ilmu itu sendiri. Sedangkan ilmu terapan
digunakan untuk mengatasi masalah dan memajukan kesejahteraan manusia. Hasil
dari ilmu terapan itu harus dialihragamkan (ditransformasikan) menjadi bahan,
alat, atau prosedur kerja.
Landasan
antologi dari ilmu berkaitan dengan objek yang
ditelaah. Objek ilmu itu selalu berkaitan dengan pengalaman manusia yang dapat
dikomunikasikan kepada orang lain. Ilmu mempunyai tiga asumsi empiris yaitu:
·Objek tertentu mempunyai keserupaan satu
sama lain yang memungkinkan delakukan klasifikasi.
·Objek dalam jangka waktu tertentu tidak
mengalami perubahan (kelestarian yang relatif)
·Adanya determinasi, bahwa segala sesuatu
bukan merupoakan kejadian yang kebetulan tetapi mempunyai pola tertentu yang
bersifat tetap.
Landasan
epistemologi ilmu ini bekaitan dengan segenap proses
untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Ilmu ini merupakan pengetahuan yang
diperoleh melalui proses tertentu yang disebut metode keilmuan seperti iptek.
Keilmuan itu juga mengalami perkembangan sebagai akumulasi pendapat manusia
yang kini dikenal model Induktif-Hipotetik-Deduktif.
Landasan
aksiologis ilmu ini berkaitan dengan manfaat atau
kegunaan pengetahuan ilmiah. Ilmu ini sering dianggap netral, ilmu itu bebas
dari nilai baik buruk,dan sangat tergantung dari nilai dan moral. Dengan kata lain, manusia pemilik ilmu yang
harus menentukan apakah ilmunya bemanfaat bagi manusia atau sebaliknya.
Ketiga sisi ilmu
pengetahuan itu seharusnya mendapatkan perhatian yang proporsional didalam
bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalm perwarisan
iptek tetapi ikut juga menyiapkan manusia yang sadar dengan iptek.
·Perkembangan Iptek Sebagai Landasan
Ilmiah
Iptek merupakan
suatu hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Seperti telah dikemukakan, pengembangan dan pemanfaatan iptek pada umumnya
ditempuh rangkaian keguatan, penelitian dasar, dan penelitian terapan. Landasan
pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah, haruslah mampu mengakomodasikan
dan mengantisipasi perkembangan iptek. Relevansi bahan ajaran dan cara
penyajiannya dengan hakikat ilmu. Dengan demikian baik kemampuan maupun sikap
ilmiah harus dikembangkan dalam pesrta didik. Pembentukkan keterampilandan
sikap ilmiah tersebu secara serentak akan meletakkan dasar terbentuknya
masyarakan yang sadar iptek dan calon-calon pakar iptek kelak dikemudian hari.
BAB
III
PENUTUP
Kritik
Pendidikan
di Indonesia sekarang ini memang jauh dari apa yang di harapkan karena pada
dasar nya
Saran
Seharusnya
pendidikan
Kesimpulan
Pendidikan
selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera tampak. Diperlukan
satu generasi untuk melihat suatu akhir dari pendidikan itu. Oleh karena itu
apabila terjadi suatu kekeliruan yang berakibat kegagalan, pada umumnya sudah
terlambat untuk memperbaikinya. Kenyataan ini menuntut agar pendidikan itu
dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan memperhatikan sejumlah
landasan dan asas pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Abu
Hanifah. 1950. Rintisan Filsafat, Filsafat Barat Ditilik dengan Jiwa Timur,
Jilid I.
Jakarta:
Balai Pustaaka.
Conny
Seniawan, et. al. 1951. Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan
Siswa
dalam Belajar. Jakarta: Gramedia.
Prof.
Dr. Umar Tirtarahardja, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.
How to play Baccarat in California - Free Slot Games to Play
BalasHapusPlay Baccarat online 메리트 카지노 주소 in California free demo, or for fun at the best casino. Try your hand at the free 바카라 사이트 demo game or for real money. Rating: 8/10 · Review 제왕 카지노 by Alex W · Free · Game