Minggu, 24 April 2016

LANDASAN DAN ASAS PENDIDIKAN (tugas pengantar pendidikan)

LANDASAN DAN ASAS PENDIDIKAN

MATA KULIAH: PENGANTAR PENDIDIKAN






Disusun oleh :

Fadelan Rizaldi (A1E315029)
Aulia Rahmi (A1E315015)
Desi Noor Muliana (A1E315020)
Diana Saputri ( A1E315021)
Hatmah (A1E315038)
Mardiati Ulfah (A1E315054)
Nadya Mahrita Ulfah (A1E315070)



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2015

Kata Pengantar
Alhamdulillah, Puji dan syukur hanya layak tercurahkan kepada Allah SWT. , karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita Nabi besar Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam. Manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh getar hatinya kebaikan. Sehingga Penyusun dapat menyelesaikan tugas kelompok ini tepat pada waktunya.  Banyak kesulitan dan hambatan yang Penyusun hadapi dalam membuat tugas ini tapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga Penyusun mampu menyelesaikan tugas ini dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini, Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.H.Mahlan Asmar, M.Pd selaku dosen mata kuliah Pengantar Pendidikan, semoga ilmunya berkah dan menjadi aliran amal sampai nanti, dan teman-teman kelas 1A yang selalu memberikan motivasinya untuk penyusun. Penyusun menyimpulkan bahwa tugas ini masih belum sempurna, oleh karena itu Penyusun menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan tugas ini dan bermanfaat bagi Penyusun dan pembaca pada umumnya.


Banjarmasin,    September 2015

Penyusun








DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………             i
KATA PENGANTAR…………………………………………….              ii
DAFTAR ISI…………………………………………………...…                           iv
BAB I      PENDAHULUAN……………………………………..              1
  1. Latar Belakang……………………………………………                1
  2. Rumusan Masalah………………………………………...                2
  3. Tujuan Penulisan.................................................................                2
BAB II     PEMBAHASAN……………………………………...               3
  1. Pengertian Landasan dan Asas pendidikan….……………               3
  2. Landasan Filosofis………………………………...……...                4
  3. Landasan Sosiologis………...……………………............                5
  4. Landasan Kurtural……………………………..................                6
  5. Landasan Psikologi……………......................................                   7
  6. Landasan Ilmiah dan Teknologis.....................................                   8
BAB V     KESIMPULAN
KRITIK DAN SARAN……………………………………………...            9
DAFTAR PUTAKA…………………………………………...........             10





BAB 1
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Latar belakang dibuatnya makalah ini adalah yang pertama di karena kan tuntutan tugas dari mata kuliah PENGANTAR PENDIDIKAN. Pendidikan sebagai usaha sadar yang sestematik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu. Beberapa diantara landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofi, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa depan. Kajian berbagai landasan landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat, serta dengan menerapkan asas-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan. Sehingga akan memberikan perspektif yang lebih luas terhadap pendidikan, baik dalam aspek konseptual maupun operasional. Dalam Bab III, akan dipusatkan pada paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan, serta beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya. Landasan tersebut adalah filosofis, kultural, psikologis, serta ilmiah dan teknologi.




RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi dengan hanya mengkaji masalah-masalah sebagai berikut :
1.      Apa yang di maksud dengan Landasan Pendidikan?
2.      Apa yang di maksud dengan Landasan Filosofis?
3.      Apa yang di maksud dengan Landasan Sosiologis?
4.      Apa yang di maksud dengan Landasan kurtural?
5.      Apa yang di maksud dengan Landasan Psikologis?
6.      Apa yang di maksud dengan Landasan Ilmiah dan Teknologis?



TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat tujuan masalah sebagai berikut:
1.      Menjelaskan Landasan Pendidikan
2.      Menjelaskan yang di maksud dengan Landasan Filosofis?
3.      Menejelaskan yang di maksud dengan Landasan Sosiologis?
4.      Menjelaskan yang di maksud dengan Landasan kurtural?
5.      Menjelaskan yang di maksud dengan Landasan Psikologis?
6.       Menjelaskan yang di maksud dengan Landasan Ilmiah dan Teknologis?



BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Landasan Pendidikan
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak terputus dari generasi ke generasi  di manapun di dunia ini upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan dalam latar sosial-kebudayaan setiap masyarakat tertentu. Oleh karena itu, meskipun pendidikan itu universal namun terjadi perbedaan perbedaan tertentu sesuai dengan pandangan hidup dan latar sosiokultural tersebut. Dengan kata lain, pendidikan di selenggarakan berlandaskan filsafat hidup serta berlandaskan sosiokultural setiap masyarakat, termasuk di Indonesia. Kajian ketiga landasan itu (filosofis, sosiologis, dan kultural) akan membekali setiap tenaga kependidikan dengan wawasan dan pengetahuan yang tepat tentang bidang tugasnya.
            Selanjutnya, terdapat dua landasan lain yang selalu erat kaitannya dalam setiap upaya pendidikan, utamanya pengajaran, yakni landasan psikologis dan landasan iptek. Landasan psikologis akan membekali tenaga kependidikan dengan pemahaman perkembangan peserta didik dan cara-cara  belajarnya. Sedangkan landasan iptek akan membekali tenaga kependidikan, khususnya guru. Tenrang sumber bahan ajaran. Pengkajian landasan psikologis dan landasan iptek tersebut akan membekali tenaga kependidikan suatu pegangan dalam mewujudkan keseimbangan dan keselarasan yang dinamis antara pengembangan jati diri peserta didik dan penguasaaan iptek tersebut.




















A. LANDASAN FILOSOFIS
            Adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat ( Falsafat, Falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasa Yunani, philein berarti mencintai, dan sophos atau sophis berarti hikmah, arif, atau bijaksana.
Pengertian tentang Landasan Filosofis
Terdapat kaitan erat antara pendidikan dan filsafat. Filasafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan Pendidikan berusaha mewujudkan citra itu.Dari sisi lain, pendidikan merupakan proses memanusiakanmanusia. Jadi Filsafat pendidikan berupaya menjawab secara kritis dan mendasar berbagai pertanyaan pokok sekitar pendidikan, seperti apa, mengapa, kemana, bagaimana, dan sebagainya dari pendidikan itu. Hal itu sangat penting karena hasil pendidikan tidak segera tampak, sehingga setiap keputusan dan tindakan serta diikuti dengan upaya pemantauan dan penyesuaian yang meneruskan, sangat penting karena koreksi setelah diproleh hasilnya akan sangat sulit dan sudah terlambat.
            Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional ( Sisdiknas)
Pasal 2 UU-RI No. 2 Tahun 1989 menetapkan yaitu bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila  dan Undangan-Undangan dasar 1945. Rincian selanjutanya tentang hal itu tercantum dalam penjelasan UU-RI No. 2 Tahun 1989, yang menegaskan bahwa pembangunan nasional termasuk di bidang pendidikan adalah adalah pengamalan Pancasila, dan untuk itu pendidikan nasional mengusahakan antara lain: “Pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri” (Undangan-Undangan, 1992: 24). Sedangkan ketetapan MPR-RI No.II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P) menegaskan pula bahwa Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari segala gagasan mengenai wujud manusia dan masyarakat yang dianggap baik, sumber dari segala sumber nilai yang menjadi pangkal serta muara dari setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan dengan kata lain: Pancasila sebagai sumber sistem nilai dalam pendidikan.
Landasan Filosofis Pendidikan
 Landasan filosofis pendidikan perlu dikuasai oleh para pendidik, adapun alasannya antara lain:
Pertama, karena pendidikan bersifat normatif, maka dalam rangka pendidikan diperlukan asumsi yang bersifat normatif pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat normatif itu antara lain dapat bersumber dari filsafat. Landasan filosofis pendidikan yang bersifat preskriptif dan normatif akan memberikan petunjuk tentang apa yang seharusnya di dalam pendidikan atau apa yang dicita-citakan dalam pendidikan.
Kedua, bahwa pendidikan tidak cukup dipahami hanya melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang pula secara holistik. Adapun kajian pendidikan secara holistik dapat diwujudkan melalui pendekatan filosofis. Ada berbagai aliran filsafat pendidikan, antara lain Idealisme, Realisme, Pragmatisme, dsb. Namun demikian, bangsa Indonesia sesungguhnya memiliki filsafat pendidikan nasional tersendiri, yaitu filsafat pendidikan yang berdasarkan Pancasila. Sehubungan dengan hal ini berbagai aliran filsafat pendidikan perlu kita pelajari, namun demikian bahwa pendidikan yang kita selenggarakan hendaknya tetap berlandaskan Pancasila. Pemahaman atas berbagai aliran filsafat pendidikan akan dapat membantu Anda untuk tidak terjerumus ke dalam aliran filsafat lain. Di samping itu, sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, kita pun dapat mengambil hikmah dari berbagai aliran filsafat pendidikan lainnya, dalam rangka memperkokoh landasan filosofis pendidikan kita. Dengan memahami landasan filosofis pendidikan, diharapkan tidak terjadi kesalahan konsep tentang pendidikan yang akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam praktek pendidikan.
Landasan Filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan, apa yang seharusnya menjadi tujuannya, dan sebagainya.
Konsepsi-konsepsi filosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya pada umumnya  bersumber dari dua faktor, yaitu:
·         Religi dan Etika yang bertumpu pada keyakinan.
·         Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran. Filsafat berada diantara keduanya: Kawasannya seluas religi, namun lebih dekat dengan ilmu pengetahuan karena filsafat timbul dari keraguan dan karena mengandalkan akal manusia (Redja Mudyahardjo, et.al., 1992: 126-134.)
Tinjauan filosofis tentang sesuatu, termasuk pendidikan, berarti berpikir bebas serta merentang pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan istilah filsafat dapat dalam dua pendekatan, yakni:
·         Filsafat sebagai kelanjutan dari berpikir ilmiah, yang dapat dilakukan oleh setiap orang serta sangat bermanfaat dalam memberi makna kepada ilmu pengetahuannya itu.
·         Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup logika, epistemology (tentang benar dan salah), etika (tentang baik dan buruk), estetika (tentang indah dan jelek), metafisika (tentang hakikat yang “ada”, termasuk akal itu sendiri), serta social dan politik (filsafat pemerintahan).
Kajian-kajian yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat (logika, epistemology, etika, dan estetika, metafisika dan lain-lain) akan besar pengaruhnya terhadap pendidikan, karena prinsip-prinsip dan kebenaran-kebenaran hasil kajian tersebut pada umumnya diterapkan dalam bidang pendidikan. Peranan filsafat dalam bidang pendidikan tersebut berkaitan dengan hasil kajian antara lain tentang:
Keterbatasan manusia sebagai mahluk hidup yang banyak menghadapi tantangan; dan
Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat pendidikan (Wayan Ardhana, 1986: Modul1/9).
Hasil-hasil kajian filsafat tersebut, utamanya tentang konsepsi manusia dan dunianya, sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan. Beberapa aliran filsafat yaitu sebagai berikut:
·         Naturalisme
Naturalisme merupakan aliran filsafat yang menganggap segala kenyataan yang bisa ditangkap oleh panca indera sebagai kebenaran yang sebenarnya. Aliran ini biasa pula diberi nama yang berbeda sesuai dengan variasi penekanan konsepsinya tentang manusia dan dunianya.
·         Idealisme
Idealisme menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah ide sebagai gagasan kejiwaan. Apa yang dianggap kebenaran realitas hanyalah bayangan atau refleksi dari ide sebagai kebenaran bersifat spiritual atau mental. Ide sebagai gagasan kejiwaan itulah sebagai kebenaran atau nilai sejati yang absolute dan abadi.



·         Pragmatisme
salah seorang tokoh pragmatisme, mengemukakan bahwa penerapan konsep pragmatisme secara eksperimental melalui lima tahap:
1.      Situasi tak tentu (indeterminate situation), yakni timbulnya situasi ketegangan didalam pengalaman yang perlu dijabarkan secara spesifik.
2.      Diagnosi, yakni mempertajam masalah termasuk perkiraan faktor penyebabnya.
3.      Hipotesis, yakni penemuan gagasan yang diperkirakan dapat mengatasi masalah.
4.      Pengujian hipotesis, yakni pelaksanaan berbagai hipotesis dan membandingkan hasilnya serta implikasinya masing-masing jika dipraktekkan.
5.      Evaluasi, yakni mempertimbangkan hasilnya setelah hipotesis terbaik dilaksanakan.
Oleh karena itu, bagi paragtisme, pendidikan adalah suatu proses eksperimental dan metode mengajar yang penting adalah metode pemecahan masalah. Pengaruh aliran paragtisme tersebut bahkan terwujud dalam gerakan pendidikan progresif atau progresivisme sebagai bagian dari suatu gerakan reformasi sosiopolitik pada akhir abad XIX dan awal abad XX di Amerika Serikat. Progresivisme menentang pendidikan tradisionalis serta mengembangkan teori pendidikan dengan prinsip-prinsip antara lain:
-          Anak harus bebas agar dapat berkembang wajar.
-          Menumbuhkan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar.
-          Guru harus menjadi peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.
-          Harus ada kerja sama sekolah dan rumah.
Selanjutnya perlu dikemukakan secara ringkas empat mazhab filsafat pendidikan yang besar pengaruhnya dalam pemikiran dan penyelenggaraan pendidikan. Keempat mazhab filsafat pendidikan itu (Redja Mudyahardjo, et. Al., 1992: 144-150; Wayan Ardhana, 1986 :14-18) adalah:
·         Esensialisme.
Esensialisme merupakan mazhab filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip idealisme dan realisme secara eklektis. Menurut Mazhab ensesialisme, yang termasuk the liberalarts, yaitu:
1).      Penguasaan bahasa termasuk rerorika
2).      Gramatika
3).      Kesusateraan
4).      Filsafat
5).      Ilmu kealaman
6).       Matematika
7).      Sejarah
8).      Seni keindahan (fine arts)
·         Perenialisme
Ada persamaan antara perenialisme dan esensialisme, yakni keduanya membela kurikulum tradisional yang berpusat pada mata pelajaran yang pokok-pokok (subject centered). Perbedaannya ialah perenialisme menekankan keabadian teori kehikmatan, yaitu:
1).       Pengetahuan yang benar (truth)
2).      Keindahan (beauty)
3).       Kecintaan kepada kebaikan (goodness)
Oleh karena itu dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang konstan atau perennial. Prinsip pendidikan antara lain:
1).       Konsep pendidikan itu bersifat abadi, karena hakikat manusia tak pernah berubah.
2).      Inti pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan mahluk manusia yang unik,   yaitu kemampuan berpikir.
3).       Tujuan belajar ialah mengenal kebenaran abadi dan universal.
4).      Pendidikan merupakan persiapan bagi kehidupan sebenarnya.
5).       Kebenaran abadi itu diajarkan melalui pelajaran-pelajaran dasar (basic subjects)
Pragmatisme dan Progresivisme
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.

Progresivisme yaitu perubahan untuk maju. Manusia akan mengalami perkembangan apabila berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya berdasarkan pemikiran. Progresivisme atau gerakan pendidikan progresif mengembangkan teori pendidikan yang mendasarkan diri pada beberapa prinsip, antara lain sebagai berikut:
1).       Anak harus bebas untuk dapat berkembang secara wajar
2).      Pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang minat belajar.
3).       Guru harus menjadi seorang peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.
4).      Sekolah progresif harus merupakan sebuah laboratorium untuk melakukan reformasi pedagogis dan ekperimentasi.
Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara berpikir progresif dalam pendidikan. Individu tidak hanya belajar tentang pengalaman-pengalaman kemasyarakatan masa kini disekolah, tapi haruslah memelopori masyarakat kearah masyarakat baru yang diinginkan. Dan dalam pengertian lain. Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.






Landasan Sosiologis
Manusia  yang hidup berkelompok, sesuatu yang terjadi dengan yang lain sama halnya hewan,tetapi pengelompokan pada manusia lebih rumit dari pada hewan. Pada wayan Ardhan hidup berkelompok pada hewan memiliki ciri:

Pembagian pada anggotanya
Ketergantungan pada anggota
Ada kerjasama  anggota
Komunikasi antar anggota
Dan adanya diskriminasi antara individu satu dengan yang lain dalam kelompok

a.      Pengertian tentang landasan sosiologi
Dimana suatu proses interaksi antar dua individu,bahkan dua generasi dan memungkinkan generasi muda untuk mengembangkan diri. Sehingga melahirkan cabang-cabang sosiologi antara lain sosiologi pendidikan dan ruang lingkup yang di pelajari antara lain:
1)     Hubungan pendidikan dengan aspek masyarakat lain,yang mempelajari:
Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
Hubungan sistem pendidikan dan proses kontrol sosial dengan sistem kekuasaan lain
Fungsi pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan kebudayaan
Hubungan antar kelas sosial
Fungsional pendidikan formal yang mencakup hubungan dengan ras, kebudayaan dan kelompok kelompok dalam masyarakat
2)      Hubungan kemanusiaan di sekolah yang meliputi:
Sifat  kebudayaan dalam sekolah yang khusus dan berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah
Pola interaksi dan struktur masyarakat sekolah
3)      Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya,yang mempelajari:

Peranan sosial guru
Sifat  kepribadian guru
Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa
Fungsi sosial sekolah pada sosialisasi anak anak
4)       Sekolah dalam komunitas,mempelajari pola interaksi antara sekolah dalam komunitasnya yang meliputi:

Pelukisan komunitas sekolah seperti tampaknya dalam pragnisasi sekolah
Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak pada kaum sosila tak terpelajar
Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi pendidikannya
Faktor faktor demografi dan ekologi dalam organisasi sekolah
Dalam keempat bidang di atas yang di pelajari untuk memahami pendidikan dalam masyarakat menurut Wayan ardhan.



b.   Masyarakat indonesia sebagai landasan sosiologi sistem pendidikan nasional (sisdiknas)
Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri utama antara lain:

Adanya interaksi antar warga warganya
Pola tingkah laku yang diatur adat istiadat,hukum dan norma yang berlaku
Adanya rasa identitas yang mengikat pada warganya.












3.Landasan Kultural
a.Pengertian Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun informal.
Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nilai-nilai,dan norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan, atau dikembangkan melalui pendidikan. Baik kebudayaan yang berwujud ideal, atau kelakuan dan teknologi, dapat diwujudkan melalui proses pendidikan.
Sebagai contoh dalam penggunaan bahasa, setiap masyarakat dapat dikatakan mengajarkan kepada anak-anak untuk mengatakan sesuatu, kapan hal itu dapat dikatakan, bagaimana mengatakannya, dan kepada siapa mengatakannya. Contoh lain, setiapa masyaratkat mempunyai persamaan dan perbedaan dalam berpakaian. Dalam kaitan dengan pakaian, anak harus mempelajari dari anggota masyarakat yang lain tentang cara menggunakan pakaian tertentu dari dalam peristiwa apa pakaian tertentu dapat dipakai. Dengan mempelajari tingkah laku yang dapat diterima dan kemudian menerapkan sebagai tingkah lakunya sendiri menjadikan anak sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, anak-anak harus diajarkan polapola tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. Dengan kata lain, fungsi pokok setiap sisitem pendidikan adalah untuk mengajarkan anak-anak pola-pola tingkah laku yang essensial tersebut.
Cara-cara untuk mewariskan kebudayaan, khususnya mengajarkan tingkah laku kepada generasi baru, berbeda dari masyarakat ke masyarakat. Pada dasarnya ada tiga cara umum yang dapat diidentifikasikan, yaitu informal, nonformal, dan formal. Cara informal terjadi di dalam keluarga, dan nonformal dalam masyarakat yang berkelanjutan dan berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan cara formal melibatkan lembaga khusus yang dibentuk untuk tujuan pendidikan. Pendidikan formal tersebut dirancang untuk mengarahkan perkembangan tingkah laku anak didik. Kalau masyarakat hanya mentransmisi kebudayaan yang mereka miliki kepada generasi penerus maka tidak akan diperoleh kemajuan.

b. Kebudayaan Sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional
Seperti telah dikemukakan, yang dimaksud dengan sisidiknas adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia. (UU-RI No. 2/1989) Pasal 1 Ayat 2. yaitu (pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.) Karena masyarakat Indonesia sebagai pendukung kebudayaan itu adalah masyarakat yang majemuk, maka kebudayaan bangsa Indonesia tersebut lebih tepat disebut sebagai kebudayaan  Nusantara yang beragam. Puncak-puncak kebudayaan Nusantara itu dan yang diterima secara nasional disebut kebudayaan nasional. Oleh karena itu, kebudayaan nasional haruslah dipandang dalam latar perkembangan yanag dinamis seiring dengan semakin kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan asas bhineka tunggal ika.
Pada awal perkembangannya. Suatu kebudayaan terbentuk berkat  kemampuan mengatasi kehidupan alamiahnya dan kesengajaan manusia menciptakan lingkungan yang cocok bagi kehidupannya. Setiap individu yang lahir selalu memasuki lingkungan dan kebudayaan dan lingkungan alamiah itu, dan menghadapi dua sistem sekaligus yaitu sistem kebudayaan dan sistem lingkungan alam. Individu dalam masyarakat modern sangat dipengaruhi oleh besar dan kompleksnya kehidupan masyarakat modern dan kecanggihan kebudayaannya. Ini berarti bahwa individu hanya dapat hidup dalam masyarakat atau kebudayaan modern, apabila ia mau daan mampu belajar terus menerus.
Salah satu upaya penyesuaian pendidikan jalur sekolah dengan keragaman latar belakang sosial budaya di Indonesia adalah dengan memberlakukan muatan lokal di dalam kurikulum sekolah. Utamanya di sekolah dasar (SD). Kebijakan ini bukan hal baru, karena gagasannya telah diberlakukan sejak dulu. Umpamanya dengan pengajaran bahasa daerah atau penggunaan bahasa daerah di dalam proses belajar mengajar. Keragaman sosial budaya tersebut terwujud dalam keragaman adat istiadat, tata cara dan tata krama pergaulan, kesenian, bahasa dan sastra daerah, maupun kemahiran dan kerampilan yang tumbuh dan tumbuh dan terpelihara di suatu daerah tertentu. Keanekaragaman itu sejak awal kemerdekaan telah mencoraki kurikulum sekolah, utamanya sekolah dasar, dengan berbagai variasi yakni mulai sebagai mata pelajaran (umpama bahasa daerah), ataupun sebagai bagiandari bahan ajaran atau cara penyampaiannya. Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik dari setiap daerah itu melalui upaya pendidikan sebhgai wujud dari kebhinnekaan masyarakat dang bangsa Indonesia. Hal ini haruslah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi tunggal ikaan.


·Landasan Psikologis
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Pada umumnya landasan psikologis dari pendidikan tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia, khususnya tentang proses perkembangan dan proses belajar.
a. Pengertian Landasan Psiklogis
Pemahaman peserta didik utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan faktor keberhasilan untuk pendididkan. Dalam maksud itu, Psikologi menyediakan sejumlah informasi/kebutuhan tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi. Oleh karena itu pemahaman perkembangan kepribadian akan sangat bermanfaat untuk pendidikan, utamanya dalam membantu setiap peserta didik  mengembangkan kepribadiannya, seperti yang telah di kemukakan bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah terbentuknya kepribadian yang mantap dan mandiri.
            Manusia dilahirkan dengan sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi dan potensi yang harus dikembangkan. Semakin kuat motif sebagai upaya pemenuhan kebutuhan, semakin kuat pula proses belajar yang terjadi.
Seperti di kemukakan teori A.maslow kategori kebutuhan menjadi enam kategori meliputi:
·Kebutuhan fisiologis: kebutuhan mempertahankan hidup (makan, tidur, istrahat dan sebagainya)
·Kebutuhan rasa aman: kebutuhan terus menerus merasa aman dan bebas dari ketakutan
·Kebutuhan akan cinta dan pengakuan:kebutuhan rasa kasih sayang dalam kelompok
·Kebutuhan akan alkuturasi diri:kebutuhan akan potensi potensi yang di miliki
·Kebutuhan untuk mengetahui dan di pahami:kebutuhan akan berkaitan dengan penguasaan iptek
Kajian psikologis yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan kecerdasan, berpikir, dan belajar.
b. Perkembangan peserta didik sebagai landasan psikologis
Peserta didik selalu berada dalam proses perubahan. Baik karena pertumbuhan maupun karena perkembangan.
Perkembangan manusia berlangsung sejak konsepsi (pertemuan ovum dan sperma) sampai saat kematian, sebagai perubahan maju (progresif) ataupun kadang-kadang kemunduran (regresif).
Salah satu aspek dari pengembangan manusia seutuhnya adalah yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian, utamanya agar dapat diwujudkan kepribadian yang mantap dan mandiri. Meskipun terdapat variasi pendapat, namun dapat dikemukakan beberapa prinsip umum kepribadian. Disebut sebagai prinsip prinsip umum karena
·Prinsip tersebut yang dikemukakan dengan variasi tertentu dalam berbagai teori kepribadian.
·Prinsip itu akan tampak bervariasi pada kepribadian manusia tertentu (sebab: kepribadian itu unik)



Salah satu prinsip perkembangan kepribadian ialah bahwa perkembangan kepribadian mencakup aspek behavioral maupun aspek motivasional.Cara menyikapi dan memperlakukan siswa haruslah sebagai manusia dalam proses perkembangan kepribadiannya, yang akan beraksi dengan keutuhan pribadinya. Wawasan tersebut berpangkal pada pandangan bahwa kepribadian itu memiliki unsur struktur yang utuh dan dinamis.
            Prinsip kedua dari perkembangan kepribadian adalah bahwa kepribadian mengalami perkembangan yang terus menerus dan tidak terputus-putus.
Terdapat dua hal kepribadian yang penting di tinjau dari konteks perkembangan kepribadian, yakni:
·Terintegrasinya seluruh komponen ke dalam struktur yang teroganisir secara sistematik.
·Terjadi tingkah laku yang konsisiten dalam menghadapi lingkungan.
Kedua hal tersebut mempunyai hubungan yang erat sekali. Seperti diketahui pada masa bayi belum jelas pemisahan antara “aku” dengan yang lain. Perkembangan konsep aku tersebut dipengaruhi beberapa faktor : keadaan fisik, proses maturasi, harapan-harapan orang tua, sikap anggota keluarga terhadap anak, dan sebagainya. Kesemuanya itu  akan menumbuhkan persepsi, konsepsi, dan sikap anak terhadap dirinya sendiri, semua itu akan menentukan konsep dirinya (self concept).
Berbagai faktor yang ikut mempengaruhi terbentuknya konsep diri (self-concept) pada anak dan dengan demikian mempengaruhi perkembangan kepribadiannya, digambarkan secara skematis oleh Crow dan Crow seperti pada bagan sbb :
Harapan-harapan orang tua

sikap terhadap                                                                                    sikap terhadap anggota keluarga
teman sebaya

problem personal                                                                               keadaan fisik anak
keluar

Problem ekonomi                                                                                           Maturasi Biologis
Keluarga

Opini dari teman
Sebaya                                                                                     Dampak dari TV,Radio dll

Afiliasi                                                                                    
Keagamaan                                                     Tuntutan
                                                                        sekolah








5.Landasan Ilmiah dan Teknologis
Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mempunyai kaitan yang sangat erat. Seperti diketahui , iptek menjadi bagian utama dalam isi pengajaran, dengan kata lain, pendidikan berperan sangat penting dalam perwarisan dan pengembangan iptek. Seiring dengan kemajuan iptek pada umumnya, ilmu pendidikan juga mengalami kemajuan yang pesat. Kemajuan cabang-cabang ilmu tersebut menyebabkan tersedianya informasi emperis yang cepat dan tepat, dan pada gilirannya, diterjemahkan menjadi program.
Dengan perkembangan iptek dan kebutuhan masyarakat yang makin komplek dan pendidikan dalam segala aspeknya mau tak mau harus mengakomodasikan perkembangan itu, baik perkembangan iptek maupun perkembangan masyarakat. Selanjutnya, karna kebutuhan pendidikan yang sangat mendesak maka banyak teknologi dari berbagai bidang ilmu segera diadopsi ke dalam  penyelenggaraan pendidikan, dan kemajuan itu segera dimanfaatkan oleh penyelenggara pendidikan.
·Pengertian tentang Ilmu Pendidikan dan Teknologi (IPTEK)
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui berbagai cara terhadap fakta, penalaran (rasio), institusi. Ilmu pengetahuan meliputi  berbagai cabang ilmu yaitu, ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu alam. Dilihat dari segi tujuan pokoknya, ilmu dasar dan ilmu terapan sering dibedakan. Terutama ilmu dasar  digunakan demi kemajuan ilmu itu sendiri. Sedangkan ilmu terapan digunakan untuk mengatasi masalah dan memajukan kesejahteraan manusia. Hasil dari ilmu terapan itu harus dialihragamkan (ditransformasikan) menjadi bahan, alat, atau prosedur kerja.
Landasan antologi dari ilmu berkaitan dengan objek yang ditelaah. Objek ilmu itu selalu berkaitan dengan pengalaman manusia yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Ilmu mempunyai tiga asumsi empiris yaitu:
·Objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain yang memungkinkan delakukan klasifikasi.
·Objek dalam jangka waktu tertentu tidak mengalami perubahan (kelestarian yang relatif)
·Adanya determinasi, bahwa segala sesuatu bukan merupoakan kejadian yang kebetulan tetapi mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap.

Landasan epistemologi ilmu ini bekaitan dengan segenap proses untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Ilmu ini merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui proses tertentu yang disebut metode keilmuan seperti iptek. Keilmuan itu juga mengalami perkembangan sebagai akumulasi pendapat manusia yang kini dikenal model Induktif-Hipotetik-Deduktif.
Landasan aksiologis ilmu ini berkaitan dengan manfaat atau kegunaan pengetahuan ilmiah. Ilmu ini sering dianggap netral, ilmu itu bebas dari nilai baik buruk,dan sangat tergantung dari nilai dan moral.  Dengan kata lain, manusia pemilik ilmu yang harus menentukan apakah ilmunya bemanfaat bagi manusia atau sebaliknya.
Ketiga sisi ilmu pengetahuan itu seharusnya mendapatkan perhatian yang proporsional didalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalm perwarisan iptek tetapi ikut juga menyiapkan manusia yang sadar dengan iptek.
·Perkembangan Iptek Sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan suatu hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Seperti telah dikemukakan, pengembangan dan pemanfaatan iptek pada umumnya ditempuh rangkaian keguatan, penelitian dasar, dan penelitian terapan. Landasan pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah, haruslah mampu mengakomodasikan dan mengantisipasi perkembangan iptek. Relevansi bahan ajaran dan cara penyajiannya dengan hakikat ilmu. Dengan demikian baik kemampuan maupun sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pesrta didik. Pembentukkan keterampilandan sikap ilmiah tersebu secara serentak akan meletakkan dasar terbentuknya masyarakan yang sadar iptek dan calon-calon pakar iptek kelak dikemudian hari.
BAB III

PENUTUP

Kritik
Pendidikan di Indonesia sekarang ini memang jauh dari apa yang di harapkan karena pada dasar nya 
Saran
Seharusnya pendidikan
Kesimpulan


Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera tampak. Diperlukan satu generasi untuk melihat suatu akhir dari pendidikan itu. Oleh karena itu apabila terjadi suatu kekeliruan yang berakibat kegagalan, pada umumnya sudah terlambat untuk memperbaikinya. Kenyataan ini menuntut agar pendidikan itu dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan memperhatikan sejumlah landasan dan asas pendidikan.












DAFTAR PUSTAKA

Abu Hanifah. 1950. Rintisan Filsafat, Filsafat Barat Ditilik dengan Jiwa Timur, Jilid I.

Jakarta: Balai Pustaaka.

Conny Seniawan, et. al. 1951. Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan

Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia.

Prof. Dr. Umar Tirtarahardja, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.




1 komentar:

  1. How to play Baccarat in California - Free Slot Games to Play
    Play Baccarat online 메리트 카지노 주소 in California free demo, or for fun at the best casino. Try your hand at the free 바카라 사이트 demo game or for real money. Rating: 8/10 · ‎Review 제왕 카지노 by Alex W · ‎Free · ‎Game

    BalasHapus