Sabtu, 23 April 2016

MAKALAH ISBD: Manusia Sebagai Individu dan Makhluk Sosial

Manusia Sebagai Individu dan Makhluk Sosial
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
Description: Unlam
Dosen Pengajar :
Drs. Muchyar, MP

Disusun oleh :
Kelompok 4
Semester/kelas : II/A
Aisyah                                     A1E315003
Aulia Hayati                            A1E315014
Hatmah                                   A1E315038
Hendro Joko Prasetyo             A1E315040
Liza Monica                            A1E315051
Maria Ulpah                            A1E315055
Muhammad Shaleh                 A1E315067
Noor Asiah                              A1E315073

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI S1-PGSD
BANJARMASIN
2016


KATA PENGANTAR
                                       
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga telah dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Manusia sebagai Individu dan Makhluk Sosial”. Makalah ini ditulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi dukungan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga apa yang telah kami usahakan ini dapat memberi manfaat bagi banyak orang.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapakan saran dan masukan yang membangun dari seluruh pihak demi perbaikan ke depan.

Banjarmasin, Maret 2016
 

                                            Penyusun


DAFTAR ISI


Kata Pengantar.......................................................................................................... ........... i
Daftar Isi.................................................................................................................... ........... ii
BAB I   PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1    Latar Belakang.................................................................................................... ........... 1
1.2    Rumusan Masalah............................................................................................... ........... 1
1.3    Tujuan Penulisan................................................................................................. ........... 2
BAB II   PEMBAHASAN....................................................................................... ........... 3
2.1    Hakikat Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial.................................... ........... 3
A.       Manusia sebagai Makhluk Individu............................................................ ........... 3
B.       Manusia sebagai Makhluk Sosial................................................................. ........... 5
C.       Peranan Manusia sebagai Makhluk Individu............................................... ........... 8
D.       Peranan Manusia sebagai Makhluk Sosial................................................... ........... 8
E.        Fungsi dan Tugas Manusia sebagai Makhluk Sosial.................................... ........... 9
F.        Pengembangan Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial.. ........... 11
G.       Dilema antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Masyarakat.......... ........... 12
BAB III   PENUTUP................................................................................................ ........... 15
3.1    Kesimpulan......................................................................................................... ........... 15
3.2    Saran................................................................................................................... ........... 15
Daftar Pustaka........................................................................................................... ........... 16


BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk individu dan sosial. Setiap manusia memiliki keunikan atau ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama dimuka bumi ini. Walaupun mereka memiliki wajah yang sama pasti mereka memiliki ciri fisik yang berbeda.
Seorang individu adalah gabungan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah factor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip).
Faktor lingkungan (faktor fenotip) juga ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Lingkungan sosial, di mana seorang individu meelakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman dan kelompok sosial yang lebih besar.
     Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus menerus. Kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi yang terbawa sejak lahir dan lingkungan, yang nampak pada perbuatan dan tindakan serta reaksi mental psikologisnya. Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang.
Untuk itu lah kami akan membahas tentang manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Untuk kembali memahami daan menyadaari bagaimana hubungan kita sbgai maanusia dan lingkungan kita.
1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditarik rumusan masalah antara lain adalah:
1.      Apa yang dimaksud manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial?
2.      Apa fungsi dan tugas manusia sebagai makhluk sosial?
3.      Bagaimana pengembangan manusia sebagai makhluk individu dan sosial?
4.      Apa dilema antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat?

1.3    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1.      Untuk mengetahui manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
2.      Untuk mengetahui fungsi dan tugas manusia sebagai makhluk sosial.
3.      Untuk mengetahui pengembangan manusia sebagai makhluk individu dan sosial.
4.      Untuk mengetahui dilema apa saja antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.




















BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Hakikat Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial
Hakikat manusia terdiri dari hal-hal sebagai berikut:
1.      Susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga.
2.      Sifat kodrat terdiri atas makhluk individu dan sosial.
3.      Kedudukan kodrat terdiri atas makhluk berdiri sendiri dan Makhluk Tuhan.
Berdasar perbedaan diatas maka manusia sebagai makhluk individu dan sosial adalah hakikat manusia berdasar sifat-sifat kodrat yang melekat pada dirinya.
A.      Manusia sebagai Makhluk Individu
Dalam bahasa Latin, kata individu berasal dari kata individiuum yang artinya tak terbagi. Dan dalam bahasa Inggris dari kata in dan dividen, yang artinya tidak terbagi. Jadi,kata individu mengandung pengertian tidak terbagi atau satu kesatuan. Manusia sebagai individu memiliki jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis dan unsur dengan raga dan jiwa, yang tidak dapat dipisahkan. Dan seseorang akan dikatakan individu, jika unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya(Setiadi dkk, 2008).
Manusia sebagai makhluk individu mengandung arti bahwa unsur yang ada dalam diri individu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan setiap manusia memiliki keunikan atau ciri khasnya sendiri-sendiri dan tidak ada manusia yang persis sama. Walaupun manusia dilahirkan dengan perangkat fisik yang mirip. Namun, ukuran, bentu, sifat dan lain-lain berbeda. Perbedaan ini tercipta sebagai identitas individu yakni mempermudah, pengenalan terhadap seseorang.
Manusia individu tidak hanya dilihat melalui fisik tetapi juga psikis, yakni sifat, karakter, perangai atau gaya dan selera yang juga berbeda-beda. Dari psikisnya, individu juga dapat dikenal melalui sifat daan perangainya, misalnya, sabar, pemarah, cerewet, atau ceroboh atau teliti, dan sebagainya.
Seorang individu merupakan perpaduan antara faktor genotipe dan  fenotipe. Faktor genotipe adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir dan merupakan faktor keturunan yang dibawa sejak lahir. Walaupun tidak sama, faktor fisik ini cenderung memiliki kemiripan pada bagian-bagian tertentu alat tubuhnya.
Faktor fenotipe adalah faktor yang merupakan pengaruh dari lingkungan, baik lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yang dimaksud seperti kondisi alam sekitar tinggal (rumah) atau lingkungan alam. Orang yang tinggal di daerah pantai akan memiliki kebiasaan yang berbeda dengan mereka yang tinggal di atas gunung, bahkan perbedaan geografis juga dapat mempengaruhi kondisi fisiknya juga berbeda.
Sedangkan lingkungan sosial yakni kondisi masyarakat disekitar individu dimana ia melakukan interaksi sosial. Lingkungan sosial tertentu mempengaruhi kebiasaan khas kelompoknya. Misalnya lingkungan pesantren akan menciptakan kondisi sosial tertentu yang mempengaruhi karakter dan kebiasaan yang khas yang berbeda dengan lingkungan di luar pesantren. Dan individu memiliki kecenderungan untuk terpengaruh dengan lingkungan, sehingga mengikuti kebiasaan dan karakteristik lingkungannya.
Karakteristik dari seseorang itulah yang di sebut dengan kepribadian. Nursyid Sumaadmaja mengaatakan kepribadian sebagai keseluruhan perilaku individu yang merupaakan hasil interaksi antara potensi-potensi biopsikofisikal (fisik dan psikis) yang di bawasejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap dalam tindakan perbuatan dan reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan.
Selain individu, kita juga mengenal kelompok sosial yang lebih besar, seperti kelurga, tetangga dan masyarakat. Masing-masing kelompok sosial ini juga memiliki ciri khas dan karakter yang berbeda-beda pula. Keluarga yang mengembangkan kebiasaan yang demokratis terlihat dalam sikap individu yang demokratis pula. Contoh masalah yang timbul dari manusiasebagai makhluk individu
1.      Timbul sifat egois dan ingin menang sendiri pada diri seseorang
2.      Timbul sifat apatis yang, artinya masa bodo atau acuh tak acuh
3.      Timbul sikap atheis atau tidak memiliki agama pada diri seseorang.
4.      Iri hati, dengki, dan tidak senang melihat orang lain memperoleh kebahagiaan atau kesenangan
5.      Berburuk sangka
6.      Memiliki sifat pendendam
7.      Umurnya sudah dewasa akan tetapi masih manja serta tingkah laku dan pemikirannya       
Jadi, manusia sebagai makhluk individu adalah manusia sebagai perorangan yang memiliki sifat sendiri. Manusia sebagai makhluk individu adalah bersifat nyata berbeda dengan manusia lain dan sebagai pribadi dengan ciri khas tertentu yang berupaya merealisasikan potensi dirinya. Pertumbuhan dan perkembangan individu menjadi pribadi yang khas tidak terjadi dalam waktu sekejap melainkan rentang sebagai kesinambungan perkembangan sejak masa janin hingga tua.
i.      Istilah pertumbuhan lebih tertuju pada segi fisik atau biologis individu.
ii.    Istilah perkembangan tertuju pada segi mental psikologis individu.
iii.  Pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi beberapa faktor, mengenai hal itu ada tiga pandangan yaitu:
a.       Pandangan nativistik
(pertumbuhan individu semata-mata ditentukan atas dasar faktor dari dalam individu sendiri).
b.      Pandangan empiristik
(pertumbuhan individu semata-mata didasarkan faktor lingkungan).
c.       Pandangan konvergensi
(pertumbuhan individu dipengaruhi faktor diri individu dari lingkungan).
B.       Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai keterkaitan yang erat dengan masyarakat disekitarnya. Ia akan tunduk pada aturan atau kebiasaan yang dianggap wajar oleh masyarakat. Misalnya, cara berpakaian yang pantas dalam berbagai suasana berbeda-beda dalam norma dan etika masyarakat.
Lingkungan sosial dalam hal ini meliputi lingkungan formal seperti sekolah dan tempat publik lainnya, dan lingkungan nonformal seperti rumah, pasar dan tempat rekreasi publik lainnya.
Dalam konteks sosial yang disebut dengan masyarakat, setiap orang akan memiliki kecenderungan untuk mengenal orang lain, karena itu merupakan perilaku sosial alamiah. Demikian juga, manusia akan cenderung belajar dari lingkungan mengenai kepatuhan pada aturan atau keinginan merespon dengan positif dengan belajar dari lingkungan sosialnya.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, jika dalam dirinya ada dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain. Interaksi ini disebut dengan social need (kebutuhan sosial) untuk hidup dalam kelompok. Karena manusia tidak dapat hidup sendiri, ia memerlukan teman, relasi dan keraba. Cara berteman manusia ini bisa ditentukan pula oleh kebiasaan dan budaya masyarakat. Misalnya orang kaya memiliki kecenderungan berteman dengan kelas sosial yang sama, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian dalam masyarakat terbentuk kelompok-kelompok sosial yang didasari oleh kesamaan ciri dan kepentingan.
Manusia berbeda dengan makhluk lainnya karena, karena dalam hidupnya ia selalu memerlukan pertolongan dari pihak lainnya. Bahkan sejak manusia lahir ia memerlukan seseorang untuk membantunya tumbuh dan berkembang, walaupun dalam dirinya ada potensi yang dimiliki oleh makhluk lainnya, yakni akal budi.
Cooley menamakan pengaruh orang lain terhadap seseorang sebagai looking-glass self. Dengan analogi cermin, bahwa manusia itu cenderung seperti cermi, yakni memantau lingkungan dan merasakan bersama-sama sebagai tanggaapan terhaap lingkungan. Looking-glass self terbentuk dalam tiga tahap. Tahap pertama, melalui persepsi mengenai seseorang yang dilihatnya. Tahap kedua melakukan penilaian terhadap penampilan seseorang itu. Ketiga, menempatkan perasaan terhadap apa yang dilihatnya, sebagai hasil penilaian terhadap orang tertentu. Ini merupakan sesuatu yang alamiah dalam diri manusia sebagai makhluk sosial.
Interaksi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia tidak melakukan interaksi dengan masyarakat maka ia akan kehilangaan bebeerapa potensidalam dirinya. Misalnya seorang anak yang ditelantarkan sejak kecil dan liar, bahkan disekaap di bawah tanah, akan kesulitan melakukan komunikasi (bahasa) dengan orang lain. Tidak daapat buang air pada tempatnya. Dengan memberikan tempat yang luas dan aaman untuk berinteraksi dengan masyarakat, maka seseorang akan mempelajari kebiasaan lingkungannya baik.
Seseorang mempelajari peranan dan fungsinya dalam masyarakat melalui proses sosialisasi. Proses sosialisasi ialah suatu proses dimana didalamnya terjadi pengaambilan peranan (role taking). Dengan memahami perannya dalam masyarakat, maka seseorang dapat berinteraksi dengan baik. Menurut George Herbert Mead, proses sosialisasi manusia melalui 3 (tiga) tahap, yakni:
a.         Play Stage, proses memahami isi, alasan dan makna peran tersebut. Contoh seorang anak ketika bermain dengan teman sebagai dokter atau guru, dan sebagainya
b.          Game stage, proses memahami peran-peran yang harus dijalankannya oleh seseorang atau orang yang lainnya dengan siapa ia berinteraksi. Contoh, dalam tim permainan
c.         Generalized other, proses menjalankan peran-peran yang harus dijalankannya, seseorang memahami betul perannyaa daalam masyarakat.
     Karena manusia adalah makhluk sosial, maka interaksi dengan orang lain adalah sesuatu yang lumrah dilakukan. Namun daalam interaksi tersebuttidak selamanya dapat berjalan dengan mulus, atau kadang terjadi konflik (baik konflik sosial dan budaya). Konflik ini berasal dari kebiasaan/adat istiadat yang berbeda dan budaya yang berbeda. Terdapat prejudice (prasangka) dalam kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat yang lain.
     Prasangka merupakan sikap permussuhan yang ditunjukkan suatu kelompok terhadap kelompok yang lain, atas dasar pemahaman bahwa kelompok yang lain itu memiliki ciri-ciri sikap yang tidak menyenangkan.
Dapat disimpulkan bahwa manusia disebut makhluk sosial karena beberapa alasan, yakni:
1.       Manusia tunduk pada aturan dan norma masyarakat di mana ia tinggal (dibesarkan)
2.       Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain disekitarnya
3.       Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain disekitarnya
4.       Potensi manusia akan berkembang, bila ia hidup dalam masyarakat.
Contoh masalah yang timbul dari manusia sebagai makhluk sosial:
1.    Perkelahian
2.    Permusuhan
3.    Taawuran antar pelajar atau antar desa
4.    Perang antarsuku karena salaah paham
5.    Persaingan yang tidak sehat, baik dilingkungan pendidikan, politik maupun hukum
6.    Menyebar fitnah seseorang kepada orang lain
7.    Pilih-pilih teman atau sikap diskriminasi
8.    Korupsi, kolusi, dan nepotisme secara berjamaah
9.    Memiliki sifat untuk menjadi penguasa dengan menghalalkan segala cara sebagai makhluk sosial hendaknya memiliki kepribadian, yang dimaksud dengan kepribadian adalah susunan unsure-unsur akal dan jiwayang di bangun oleh perasaan, pengetahuan dan dorongan.
Kasus 1.
Banyak terjadi kasus tawuran yang terjadi antar siswa sma. Hanya karena masalah sepele seperti mengejek salah satu sekolah. Bisa mengakibatkan tawuran yang memakan korban jiwa. Hal tersebut dikarenakan adanya senjata tajam yang digunakan. Tawuran tersebut terjadi pada saat jam pulang sekolah.
Penyelesaian:
Seharusnya pihak kepolisian bekerjaa sama dengan pihak sekolah untuk mensosialisasikan tentang ketertiban dan keamanan agar tidak ada lagi tawuran ini. Pihak sekolah juga seharusnya melakukaan razia senjata tajam secara rutin.pihak kepolisian dan juga sekolah harus memberikan sanksi tegas kepada para pelaku tawuranini. Peran orang tua juga diperlukan untuk mendidik anaknya lebih baik lagi.
Kasus 2
Masyarakat mengeluh maraknya peredaran petasan di tengah-tengah masyarakat, terutama waktu ibadah shalat taraweh karena suara petasan sangat mengganggu. Yang mengurangi kehusyukan beribadah dan dapat membahayakan yang memainkan petasan tersebut.
Penyelesaiannya:
Pertaama hendaknya ada perhatian dari pihak terkait dalam memberantas hal tersebut, kalau perlu pelaku ditindak lanjuti agar si pelaku jera. Dan Satpol PP mengawasi secara ketat, peredaran petasan yang dipasarkan, baik dipasar tradisional maupun ditempat keramaian. Dan diminta kepada masyarakat untuk tidak menjual serta menggunakan petasan tersebut, demi menjaga kenyamanan umat muslim menunaikan ibadah sholat.
           Jadi, Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup dengan manusia lainnya. Dia tidak dapat merealisasikan potensi hanya dengan dirinya sendiri. Adapun yang menyebabkan manusia selalu hidup bermasyarakat antara lain karena adanya dorongan kesatuan biologis yang terdapat dalam diri manusia.
C.       Peranan Manusia sebagai Makhluk Individu
Peranan manusia sebagai makhluk individu adalah untuk mewujudkan manusia yan memiliki harkat dan maratabat, manusia dasar memiliki hak-hak dasar, setiap manusia memiliki potensi diri yang khas, dan setiap manusia yang memiliki kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
Manusia sebagai makhluk individu akan berusaha:
a. Menjaga dan mempertahankan harkat dan martabatnya.
b. Mengupayakan terpenuhi hak-hak dasarnya sebagai manusia.
c. Merealisasikan segenap potensi dirinya baik sisi jasmani maupun sisi rohani.
d. Memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri demi kesejahteraan hidupnya.
D.      Peranan Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia akan senantiasa berinteraksi sosial membentuk kehidupan berkelompok, dalam kehidupan kelompok manusia membutuhkan norma-norma sebagai patokan untuk bertingkah laku bagi manusia dikelompoknya. Norma-norma terebut adalah:
1.      Norma agama, norma yang besumber dari Tuhan yang diperuntukkan bagi umat-Nya. Norma yang berisi perintah dan larangan dalam beragama.

2.      Norma kesusilaan,atau moral, norma yang bersumber dari hati nurani untuk mengajak kepada kebaikan dan mejauhi keburukan.
3.      Norma kesopanan atau adat, norma yang bersumber daari masyarakat dan berlaku terbatas lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
4.      Norma hukum, norma yang dibuat masyarakat secara resmi yang pemberlakuannya dapat dipaksakan.
Kekuatan norma yang berlaku di masyarakat terbagi menjadi 4 macam yaitu:
a.         Cara (usage)
                             Cara adalah suatu bentuk perbuatan tertentu yang dilakukan individu dalam suaatu masyarakat tetapi tidak secara terus menerus. Contoh, cara makan wajar dan baik apabila tidak mengeluarkan suara seperti hewan.



b.         Kebiasaan (folkways)
                             Kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang dengan bentuk yang sama yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan-tujuan jelas dan dianggap baik dan benar. Contoh, member hadiah kepada orang yang berprestasi dalam suatu kegiatan atau kedudukan, memakai baju yang bagus pada waktu pesta.
c.         Tata Kelakuan (mores)
                             Tata kelakuan atau sekumpulan perbuatan yang mencerminkan sifat-sifat hidup dari sekelompok manusia yang dilakukan secara sadar guna melaksanakan pengawasan oleh sekelompok masyarakat terhadap anggota anggotamya. Dalam tata kelakuan terdapat unsur memaka atau melarang suaatu perbuatan. Contoh, melarang pembunuhan, pemerkosaan, atau menikahi saudara kandung.
d.         Adat istiadat (costum)
                             Adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinya.

Implikasi-implikasi manusia sebagai makhluk sosial adalah sebagai berikut:
a.     Kesadaran akan “ketidakberdayaan” manusia bila seorang diri.
b.    Kesadaran untuk senantiasa dan harus berinteraksi dngan orang lain.
c.     Penghargaan akan hak-hak orang lain.
d.    Ketaatan terhadap norma-norma yang berlaku.

Peran-peran yang dilakukan manusia sebagai makhluk sosial sebagai berikut:
a.       Melakukan interaksi dengan manusia lain atau kelompok.
b.      Membentuk kelompok-kelompok sosial.
c.       Menciptakan norma-norma social sebagai pengaturan tertib kehidupan kelompok. 

E.       Fungsi dan Tugas Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia tidak hanya memiliki ciri khas tetapi juga memiliki pola tingkah laku yang spesifik baik masyarakat atau dilingkungan keluarga. Keluarga adalah wadah dimana suatu individu mempunyaai hubungan sosial didalamnya. Keluarga tersebut terdiri dari seorang suami, seorag isteri dan anak-anak mereka. Keluarga merupakan lembaga pertama yang menjadi wadah utama dalam pembinaan seorang individu. Di mana pola perilaku seorang individu akan tercermin dari seorang individu bagaimana diperlakukan di dalam keluarganya.
Menurut William J Goode (1983) dalam Munandar Soelaeman, secara umum fungsi keluarga meliputi pengaturan seksual, reproduksi, sosialisasi, pemeliharaan, penempatan anak dalam masyarakat, pemuas kebutuhan perseorangan dan sebagai kontrol sosial (Soelaema, 1989)
1.    Pengaturan Seksual
          Seperti yang dapat diketahui, kita dapat membayangkan bagaimana seorang anak yang lahir ke dunia ini tanpa seorang ayah. Tentu saja anak tersebut akan dipertanyakan dan pengalaman sosialisasi yang tidak lengkap. Maka dari itu, di dalam masyarakat tidak di benarkan adanya kelahiran di luar nikah. Oleh karena itu, maka akan menambah kerumitan dalam masyarakat jika tidak ada pengaturan seksual yang berlaku.
2.    Reproduksi
          Berkembangnya teknologi kedokteran, selain memberikan dampak positif bagi program keluarga berencana, dapat juga menimbulkan masalah terpisahnya kepuaasan seksual dengan pembiakan. Pandangaan terhadap punya anak bermacam-macam, ada yang menghaarapkan untuk jaminan bagi orang tua di  masa depan, ada yang bermotivasi agama, ada alasan kesehatan dan sebagainya.
3.    Sosialisasi
         Masyarakat dan kebudayaan bergantung pada efektifnya sosialiasi di dalamnya bagaimana seorang anak mempelajari sikap dan tingkah lakunya, bergantung juga pada kebudayaan di dalam keluarganya. Di dalam hubungan sosialisasi anak dengan keluarganya, dari situlah anak memperoleh landasan untuk membentuk kepribadian dan sikap serta perilaku sang anak tersebut. Dan itu semua juga berhubungan dengan kebudayaan yang di anut dan di lestarikan dalam suatu kelurarga dan masyarakat tersebut.
4.    Pemeliharaan
          Seorang wanita yang sedang hamil butuh perhatian, perlindungan dan pemeliharaan dalam rangka menjaga kondisinya agar siap untuk melahirkan seorang anak ke dunia. Brgitu pula seorang abak yang telah lahir, ia membutuhkan kasih sayangdan pemaliharaan orang tuanya. Tanpa pemeliharaan dari orang tuanya maka anak tidak akan tumbuh sendiri. Manusia berbeda dari hewan yang dapat berdiri dan langsung mencari makanannya sendiri sejak ia baru dilahirkan. Manusia butuh orang lain dalam pemenuhan kebutuhan dan kelangsungan hidupny. Maka tahap demi tahap manusia baru dapat berjalan dan akhirnya dewas, dan itu pulatidak lepas dari peran orang lain disekitarnya.
5.    Penempatan Anak di dalam Masyarakat
          Dengan menentukan penempatan sosial seorang anak, pengaturan wewenangmembantu menentukan kewajiban peranan orang-orang dewasa terhadap sang anak. Penempatan sosial ditetapkan oleh masyarakat atas dasar keanggotaan keluarga melalui pemberian orientasi hubungan seperti orang tua, saudara kandung, dan kerabat. Berikutnya penempatan sosial melalui orientasi individu, pada kelompok lain yang secara sosial telah mapan, seperti hubungan nasional, etnik, agama, organisasi masyarakat, kelas dan sebagainya (Suratman dkk, 2013)
6.    Pemuas Kebutuhan Perseorangan
          Sebuah keluarga belum lengkap jika belum mempunyai seorang anak. Anak menjadikan hubungan suamiistri dalam sutu keluarga menjadi lebih erat dengan cinta kasih yang dibawa oleh sang anak. Bagaimana anak dilahirkan tanpa seorang ayah yang sah, maka anak tersebut akan mengalami penderitaan yang seharusnya tidak pantas ia rasakan. Seorang anak juga dapat memberikan kepuasan emosional di antara kedua orang tuanya juga dapat memberikan kepuasan emosional dalam diri sang anak.
7.    Kontrol Sosial lingkungan
          Keluarga menjadi wadah utama dalam pembentukan karakter seorang anak, bagaimana ia akan bersikap dan berperilaku di luar lingkungan keluargany. Maka kontrol sosial keluarga dalam arti seorang ayah dan seorang ibu sangat berpengaruh pada anak-anaknya. Anak-anak akan menjadi generasi penerus pada masa yang akan dating. Maka orang tua yang tidak bisa memenuhi tanggung jawabnya dalam mendidik anaknya, maka anak tersebut tidak akan berperilaku dengan baik, karena keluarga sebagaisuatu wadah pendidikan pertama dalam membentuk karakter anakdalam pergaulannya nanti di lingkungan masyarakat.
F.       Pengembangan Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial

1.    Pengembangan Manusia sebagai Makhluk Individu
          Sebagai makhluk individu yang menjaddi satuan terkecil dalam suatu organisasi atau kelompok, manusia harus memiliki kesadaran diri yang dimulai dari kesadaran pribadi diantara segala kesadaran terhadap segala sesuat. Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran diri diantara realita, self-respect, self-narcisme, egoisme, martabat kepribadian,perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi yang menjadi dasar bagi self-realisation.
          Sebagai makhluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan tindakan instingtif belaka. Manusia yang biasa dikenal dengan homo sapiens memiliki akal pikiran yang dapat digunakan untuk berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan akal tersebut, manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya seperti, karya, cipta, dan karsa. Dengan pengembangan potensi yang ada, manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
          Perkembangan manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap yang memakan waktu puluhan atau baahkan belasan tahun untuk menjadi dewasa. Upaya pendidikan dalam menjadikan manusia semakin berkembang. Perkembangan keindividualan memungkinkan seseorang untuk mengembangkan setiap potensi yang ada pada dirinya secara optimal.
          Sebagai makhluk individu manusia mempunyi suatu potensi yang akan berkembang jika disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan manusia dapat menggali dan mengoptimalkan segala potensi yang ada pada dirinya. Melalui pendidikan pula dapat manusia dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri. 


2.    Pengembangan manusia sebagai makhluk sosial
          Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama dalam rangka dikembangkan perbuataan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri. Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaan yang emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan perhatian, kasih saying, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengsn orang lain dalam suatu  tatanan kehidupan bermasyarakat.
         Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat menjadiknnya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut member penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.
          Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.
G.      Dilema antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Masyarakat
Setiap yang disebut manusia selalu terdiri dari dua kepentingan, yaitu kepentingan individu yang termasuk kepentingan keluarga, kelompok atau golongan dan kepentingan masyarakat yang termasuk kepentingan rakyat . Dalam diri manusia, kedua kepentingan itu satu sama lain tidak dapat dipisahkan.     Apabila salah satu kepentingan tersebut hilang dari diri manusia, akan terdapat satu manusia yang tidak bisa membedakan suatu kepentingan, jika kepentingan individu yang hilang dia menjadi lupa pada keluarganya, jika kepentingan masyarakat yang dihilangkan dari diri manusia banyak timbul masalah kemasyarakatan contohnya korupsi. Inilah yang menyebabkan kebingungan atau dilema manusia jika mereka tidak bisa membagi kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.
Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat adalah pada pertanyaan mana yang harus diutamakan, kepentingan manusia selaku individu atau kepentingan masyarakat tempat saya hidup bersama? Persoalan pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan dua pandangan yang berkembang menjadi paham/aliran bahkan ideologi yang dipegang oleh suatu kelompok masyarakat.

1. Pandangan Individualisme
     Individualisme berpangkal dari konsep bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan lengkap terlepas dari manusia yang lain. Pandangan individualisme berpendapat bahwa kepentingan individulah yang harus diutamakan. Yang menjadi sentral individualisme adalah kebebasan seorang individu untuk merealisasikan dirinya. Paham individualisme menghasilkan ideologi liberalisme. Paham ini bisa disebut juga ideologi individualisme liberal.
     Paham individualisme liberal muncul di Eropa Barat (bersama paham sosialisme) pada abad ke 18-19. Yang dipelopori oleh Jeremy Betham, John Stuart Mill, Thomas Hobben, John Locke, Rousseau, dan Montesquieu. Beberapa prinsip yang dikembangkan ideologi liberalisme adalah sebagai berikut.
1.      Penjaminan hak milik perorangan. Menurut paham ini , pemilikan sepenuhnya berada pada pribadi dan tidak berlaku hak milik berfungsi sosial
2.      Mementingkan diri sendiri atau kepentingan individu yang bersangkutan
3.      Pemberian kebebasan penuh pada individu
4.      Persaingan bebas untuk mencapai kepentingannya masing-masing.
Kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan persaingan dan dinamika kebebasan antar individu. Menurut paham liberalisme, kebebasan antar individu tersebut bisa diatur melalui penerapan hukum. Jadi, negara yang menjamin keadilan dan kepastian hukum mutlak diperlukan dalam rangka mengelola kebebasan agar tetap menciptakan tertibnya penyelenggaraan hidup bersama.



2. Pandangan Sosialisme
Paham sosialisme ditokohi oleh Robert Owen dari Inggris (1771-1858), Lousi Blanc, dan Proudhon. Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang diutamakan. Kedudukan individu hanyalah objek dari masyarakat. Menurut pandangan sosialis, hak-hak individu sebagai hak dasar hilang. Hak-hak individu timbul karena keanggotaannya dalam suatu komunitas atau kelompok.
Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya masyarakat yang adil, selaras, bebas, dan sejahtera bebas dari penguasaan individu atas hak milik dan alat-alat produksi. Sosialisme muncul dengan maksud kepentingan masyarakat secara keseluruhan terutama yang tersisih oleh system liberalisme, mendapat keadilan, kebebasan, dan kesejahteraan. Untuk meraih hal tersebut, sosialisme berpandangan bahwa hak-hak individu harus diletakkan dalam kerangka kepentingan masyarakat yang lebih luas. Dalam sosialisme yang radikal/ekstem (marxisme/komunisme) cara untuk meraih hal itu adalah dengan menghilangkan hak pemilikan dan penguasaan alat-alat produksi oleh perorangan. Paham  marxisme/komunisme dipelopori oleh Karl Marx (1818-1883).
Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang dalam memandang hakikat manusia. Dalam Declaration of Independent Amerika Serikat 1776, orientasinya lebih ditekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk individu yang bebas merdeka, manusia adalah pribadi yang memiliki harkat dan martabat yang luhur. Sedangkan dalam Manifesto Komunisme Karl Marx dan Engels, orientasinya sangat menekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial semata. Menurut paham ini manusia sebagai makhluk pribadi yang tidak dihargai. Pribadi dikorbankan untuk kepentingan negara.
Dari kedua paham tersebut terdapat kelemahannya masing-masing. Individualisme liberal dapat menimbulkan ketidakadilan, berbagai bentuk tindakan tidak manusiawi, imperialisme, dan kolonialisme, liberalisme mungkin membawa manfaat bagi kehidupan politik, tetapi tidak dalam lapangan ekonomi dan sosial.  Sosialisme dalam bentuk yang ekstrem, tidak menghargai manusia sebagai pribadi sehingga bisa merendahkan sisi kemanusiaan. Dalam negara komunis mungkin terjadi kemakmuran, tetapi kepuasan rohani manusia belum tentu terjamin.


  



BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Di sisi manapun sebagai makhluk sosial dan makhluk individu, akan ada pengaruh positif maupun negatifnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak daapat melakukan segala aktivitasnya seorang diri manusia butuh manusia lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Sebagai anggota masyarakat, manusia akan berkaitan dengan orang lain. Manusia hidup bersama orang lain itu berarti manusia tidak dapat melakukan tindakan sesuka hatinya karena ada orang lain yang menilai perilaku seorang manusia. Baik buruknya perilaku manusia ditentukan juga dari faktor lingkungan sosialnya, terutama lingkngan keluarganya. Karena keluarga merupaakan dasar seorang anak bersikap dan berpeerilaku. Keluarga adalah wadah pertama yang menananmkan nilai, moral seorang anak. Maka sikap dan perilaku seorang anak adalah cerminan dari bagaimana anak tersebut didasarkan dalam suatu wadah kelurga untuk kelangsungan hidupnya di lingkungan masyarakat.
3.2    Saran
Sebagai generasi muda agar lebih meningkatkan wawasan dan pengetahuan. Sebaiknya generasi muda sekarang mengetahui peran atau fungsinya dari manusia sebagai makhluk individu maupun.










DAFTAR PUSTAKA

Hartono, 1997, Ilmu Sosial Dasar, Bumi Aksara: Jakarta
Setiadi, Elly M. dkk, 2008, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Kencana Prenada Media Group: Jakarta
Suratman dkk, 2013, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Malang Intimedia: Malang
Soelaeman, Munandar, 1989, Ilmu Sosial Dasar, PT Eresco: bandung
         



Tidak ada komentar:

Posting Komentar